JAKARTA - Pemerintah Indonesia dan Tajikistan membahas penguatan hubungan kerja sama alias sinergi di sektor industri untuk menghadapi situasi global yang semakin kompleks.
Pembahasan ini mengemuka dalam pertemuan antara Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) RI, Faisol Riza dan Menteri Industri dan Teknologi Baru Republik Tajikistan Sherali Kabir di Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Jumat (22/11).
Wamenperin Faisol Riza menyatakan bahwa dinamika geopolitik menuntut Indonesia untuk menjalin kemitraan strategis dengan negara-negara yang menghadapi tantangan serupa.
"Kami berharap Indonesia dan Tajikistan dapat membangun kerja sama yang saling menguntungkan, terutama di sektor industri," ujarnya dalam pertemuan tersebut.
Faisol menegaskan bahwa Kemenperin akan berupaya maksimal untuk memfasilitasi kerja sama ini demi meningkatkan daya saing dan memperkuat posisi kedua negara di kancah internasional.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Industri dan Teknologi Baru Republik Tajikistan, Sherali Kabir mempresentasikan potensi yang dimiliki negaranya. Ia menyatakan keseriusan Tajikistan dalam menjalin kemitraan dengan Indonesia.
Ia menyoroti pentingnya sektor industri, terutama dalam penyediaan bahan baku, yang telah dijalin melalui kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan Indonesia. Termasuk sektor pertambangan, dengan adanya beberapa nota kesepahaman (MoU) antara perusahaan kedua negara.
Kabir juga mengungkapkan ketertarikan negaranya terhadap pengalaman Indonesia dalam pengelolaan nikel, mengingat Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. "Kami ingin mempelajari lebih lanjut mengenai investasi dan pengembangan sektor nikel di Indonesia," ujarnya.
Disebutkan, Tajikistan juga telah menjadi negara pertama di Asia Tengah yang mengembangkan kebijakan terkait Artificial Intelligence (AI) dan memasukkannya ke dalam kurikulum Pendidikan. Diharapkan, hal ini dapat menjadi bidang kerja sama baru antara kedua negara.
Selain itu, Tajikistan juga menawarkan potensi kerja sama di bidang tekstil, farmasi, dan aluminium. Sebagai bentuk komitmennya, Tajikistan memberikan jaminan keamanan investasi, insentif pajak, serta penggunaan energi hijau yang mendukung keberlanjutan.
Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Tajikistan telah berlangsung selama hampir tiga dekade, dan pada 2024 mendatang, kedua negara akan merayakan 30 tahun kerja sama tersebut.
Dalam pertemuan ini, Faisol Riza menyatakan bahwa sudah saatnya kerja sama di sektor industri lebih diperkuat, terutama melalui hilirisasi industri dan pengembangan industri produk halal, yang memiliki potensi besar di pasar internasional.
"Kami juga terbuka untuk membahas kerja sama mengenai pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)," tambah Faisol.
Faisol Riza menanggapi positif berbagai tawaran kerja sama yang disampaikan oleh Tajikistan. Kemenperin akan menyiapkan langkah-langkah teknis untuk menindaklanjuti kolaborasi ini.
"Kami akan menyiapkan langkah-langkah teknis untuk menindaklanjuti kerja sama ini dan mengidentifikasi perusahaan-perusahaan Indonesia yang potensial untuk menjalin hubungan langsung dengan Tajikistan. Kami berharap implementasi awal dapat dimulai pada awal tahun depan," ujar dia.