JAKARTA - Kesurupan, atau sering disebut dengan istilah "trance possession" dalam dunia medis dan psikologi, ialah kondisi seseorang kehilangan kesadaran atau kendali atas dirinya dan sering dianggap "dikuasai" oleh makhluk tak kasat mata atau kekuatan supranatural dalam konteks budaya dan kepercayaan tertentu.
Gejala kesurupan sering melibatkan perubahan perilaku, suara, ekspresi, atau gerakan aneh, yang diyakini oleh sebagian masyarakat hal itu merupakan manifestasi dari makhluk halus. Padahal, dari perspektif sains dan medis, fenomena ini dapat dijelaskan dengan pendekatan psikologis dan neurologis.
Stress atau Trauma Psikologis, seseorang yang mengalami tekanan berat, kehilangan, atau trauma emosional lebih rentan mengalami kesurupan. Kesurupan dapat menjadi bentuk pelarian dari kenyataan yang terlalu berat untuk dihadapi.
Selain itu, kesurupan sering dikaitkan dengan gangguan disosiatif seperti dissociative trance disorder (DTD) atau dissociative identity disorder (DID), yaitu saat seseorang kehilangan kontak dengan realitas atau identitas dirinya.
Kemudian dalam kelompok atau budaya tertentu, seseorang mungkin mengalami kesurupan sebagai akibat dari sugesti yang kuat. Ketika individu percaya bahwa mereka "bisa kerasukan," otak mereka merespons dengan cara yang menciptakan gejala nyata.
Kesurupan juga dapat dijelaskan melalui aktivitas neurologis abnormal di otak. Beberapa kondisi itu meliputi:
Epilepsi Lobus Temporal atau kejang pada bagian tertentu otak, seperti lobus temporal, dapat menyebabkan perubahan kesadaran, gerakan tubuh yang aneh, atau bahkan pengalaman mistis.
Kemudian Gangguan Neurotransmitter atau ketidakseimbangan zat kimia di otak, seperti dopamin dan serotonin, dapat memengaruhi perilaku dan persepsi seseorang, yang terkadang terlihat seperti "kesurupan."
Serta Sleep Paralysis (Tindihan) yang dalam beberapa kasus, tidur terganggu atau paralisis tidur dapat memicu pengalaman yang salah diartikan sebagai kesurupan.