• News

Netanyahu Kutuk Kekerasan Pemukim Yahudi terhadap Tentaranya di Tepi Barat

Yati Maulana | Senin, 25/11/2024 22:05 WIB
Netanyahu Kutuk Kekerasan Pemukim Yahudi terhadap Tentaranya di Tepi Barat Pemukim Israel menyaksikan dari kejauhan saat tentara Israel menolak akses petani Palestina untuk memanen zaitun, di Tepi Barat yang diduduki Israel, 20 Oktober 2024. REUTERS

YERUSALEM - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengutuk pemukim Yahudi yang menyerang perwira militer senior Israel termasuk Mayor Jenderal Avi Bluth, kepala Komando Pusat tentara di Tepi Barat yang diduduki.

Tentara Israel mengatakan bahwa sekelompok pemukim membuntuti Bluth dan perwira lainnya di kota Hebron, Tepi Barat, pada hari Jumat, memblokir jalan keluar mereka dan melontarkan makian kepada mereka. Ditambahkannya bahwa lima perusuh telah ditangkap.

"Semua kekerasan yang ditujukan terhadap perwira dan prajurit IDF harus ditangani dengan hukuman maksimal sesuai hukum," kata kantor perdana menteri dalam sebuah pernyataan.

Sebagian dari kerumunan meneriaki Bluth, yang telah mengunjungi Hebron untuk menghadiri acara keagamaan tahunan di kota itu, dengan sebutan "pengkhianat".

Pada hari Sabtu, puluhan pemukim, beberapa di antaranya bertopeng, melemparkan batu ke arah pasukan Israel dan polisi perbatasan di dekat pemukiman Itamar di Tepi Barat, kata polisi.

Telah terjadi lonjakan kekerasan secara umum di seluruh Tepi Barat sejak serangan pada 7 Oktober 2023 oleh militan Hamas di Israel selatan, yang memicu perang Israel melawan Hamas di Gaza dan konflik yang lebih luas di beberapa wilayah.

Warga Palestina telah berulang kali menjadi sasaran para pemukim, yang ingin Israel mencaplok Tepi Barat.

Militer Israel dimaksudkan untuk melindungi warga Palestina setempat. Tetapi Bluth mengakui pada bulan Agustus bahwa tentara telah gagal melindungi warga sipil ketika para pemukim mengamuk di satu kota.

Warga Palestina mengatakan mereka sering kali dibiarkan bergantung pada belas kasihan para pemukim, sementara tentara tidak melakukan apa pun untuk mengendalikan mereka.

Beberapa kelompok pemuda pemukim menolak yurisdiksi militer Israel di wilayah yang mereka anggap berada di bawah kendali mereka dan telah menyerang pasukan Israel.

Para pemimpin pemukim mengatakan kekerasan tidak memiliki tempat dalam gerakan mereka dan telah menyerukan agar para pelanggar dituntut.

Sebagian besar negara menganggap pemukiman Yahudi yang dibangun di atas tanah yang direbut Israel dalam perang tahun 1967 sebagai ilegal. Israel membantah hal ini dan mengutip hubungan historis dan alkitabiah dengan tanah tersebut.

Warga Palestina menginginkan Tepi Barat sebagai bagian dari negara merdeka di masa depan.