JAKARTA - Begadang, atau kebiasaan tidur larut malam dan mengurangi durasi tidur, telah menjadi kebiasaan umum bagi banyak orang, terutama di era modern yang penuh dengan tekanan pekerjaan, pendidikan, dan hiburan digital seperti berselancar di media sosial (Medsos).
Namun, dampak buruk dari begadang terhadap kesehatan fisik, mental, dan kognitif tidak bisa diabaikan begitu saja. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bagaimana kurang tidur akibat begadang dapat merugikan tubuh dan pikiran dalam jangka pendek maupun panjang.
Secara fisiologis, tidur memainkan peran penting dalam proses regenerasi sel, konsolidasi memori, dan pemulihan fungsi tubuh. Begadang mengganggu ritme sirkadian, yaitu jam biologis tubuh yang mengatur siklus tidur dan bangun.
Ketika ritme sirkadian terganggu, tubuh mengalami kesulitan dalam menjaga keseimbangan hormonal, yang berdampak pada berbagai fungsi vital.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat menemukan bahwa orang dewasa yang tidur kurang dari 7 jam per malam memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit jantung.
Penelitian ini menggarisbawahi bahwa begadang secara konsisten dapat memperburuk kondisi kesehatan karena kurangnya waktu tidur mengganggu metabolisme tubuh dan meningkatkan inflamasi.
Dampak negatif begadang juga meluas ke fungsi otak. Kurang tidur dapat menyebabkan penurunan signifikan dalam fungsi kognitif, termasuk kemampuan konsentrasi, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.
Pada tingkat saraf, begadang mengurangi aktivitas pada korteks prefrontal, area otak yang bertanggung jawab atas fungsi eksekutif. Hal ini membuat individu yang begadang lebih rentan terhadap kesalahan dalam pekerjaan atau keputusan sehari-hari.
Selain itu, begadang juga berdampak buruk pada kesehatan mental. Penelitian dari Journal of Clinical Psychiatry menemukan bahwa individu yang memiliki kebiasaan begadang cenderung lebih rentan mengalami gangguan kecemasan dan depresi.
Kurangnya tidur memengaruhi kadar neurotransmitter seperti serotonin dan dopamin, yang berperan dalam menjaga suasana hati. Tidak heran jika orang yang sering begadang melaporkan perasaan gelisah, lelah emosional, dan suasana hati yang tidak stabil.