• News

Israel Bombardir Rumah-rumah di Gaza Utara, Satu Serangan Tewaskan 15 Orang

Yati Maulana | Selasa, 03/12/2024 12:05 WIB
Israel Bombardir Rumah-rumah di Gaza Utara, Satu Serangan Tewaskan 15 Orang Anak-anak Palestina berjalan di lokasi serangan Israel di sekolah yang menampung orang-orang terlantar, di Kota Gaza 27 November 2024. REUTERS

KAIRO - Pasukan Israel membombardir rumah-rumah dalam serangan semalam di Jalur Gaza utara. Salah satu serangan udara, menewaskan sedikitnya 15 orang di sebuah rumah yang menampung orang-orang terlantar di kota Beit Lahiya, kata petugas medis Palestina.

Tiga rumah sakit yang hampir tidak beroperasi di daerah tersebut tidak mampu menampung korban luka akibat serangan itu, dan sejumlah orang lainnya masih hilang karena petugas penyelamat tidak dapat menjangkau mereka, kata Layanan Darurat Sipil Palestina.

Penduduk mengatakan sejumlah rumah dibom dan beberapa dibakar di Jabalia, Beit Lahiya, dan Beit Hanoun, tiga kota di tepi utara Jalur Gaza tempat tentara Israel telah beroperasi selama berminggu-minggu.

Mereka mengatakan pesawat nirawak Israel juga menjatuhkan bom di luar sekolah yang melindungi keluarga-keluarga yang mengungsi di Beit Lahiya, bagian dari apa yang digambarkan penduduk sebagai kampanye untuk menakut-nakuti orang agar pergi.

Palestina mengatakan tentara Israel berusaha mengusir orang-orang dari tepi utara Gaza dengan evakuasi paksa dan pemboman untuk menciptakan zona penyangga. Tentara Israel membantah hal ini dan mengatakan telah kembali untuk mencegah pejuang Hamas berkumpul kembali di daerah yang sebelumnya telah mereka bersihkan.

Israel melancarkan kampanyenya di Gaza setelah pejuang yang dipimpin Hamas menyerang komunitas Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel.

Kampanye militer Israel telah menewaskan lebih dari 44.400 warga Palestina dan membuat sebagian besar penduduk mengungsi, kata pejabat Gaza. Sebagian besar wilayah kantong itu hancur.

Seorang mantan menteri pertahanan Israel menuduh Israel pada hari Minggu melakukan kejahatan perang dan pembersihan etnis di Jalur Gaza, yang menuai teguran keras dari jajaran pemerintah.

Moshe Yaalon, mantan jenderal yang beraliran keras, mengatakan kepada media Israel bahwa garis keras dalam kabinet sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ingin mengusir warga Palestina dari Gaza utara dan ingin membangun kembali permukiman Yahudi di sana.

Pada hari Senin, militer Israel menolak apa yang disebutnya sebagai klaim serius Yaalon.

"IDF (Pasukan Pertahanan Israel) beroperasi sesuai dengan hukum internasional, dan mengevakuasi warga sipil berdasarkan kebutuhan operasional, untuk perlindungan mereka sendiri," katanya.

Pejabat Palestina dan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan tidak ada daerah aman di Jalur Gaza bagi 2,3 juta penduduk, yang sebagian besar telah mengungsi secara internal.

Di Kota Gaza, dua serangan udara Israel menewaskan lima orang, kata petugas medis.

DORONGAN GENCATAN SENJATA BARU
Israel menyetujui gencatan senjata dengan kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, minggu lalu yang menghentikan pertempuran dalam konflik yang terjadi di Lebanon bersamaan dengan perang Gaza.

Namun, perang Gaza sendiri terus berlanjut dengan hanya satu gencatan senjata yang berlangsung selama seminggu lebih dari setahun yang lalu.

Para pejabat di Kairo telah menyelenggarakan pembicaraan antara Hamas dan kelompok saingannya, Fatah, yang dipimpin oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengenai kemungkinan pembentukan sebuah komite untuk menjalankan Gaza pascaperang.

Mesir telah mengusulkan agar sebuah komite yang terdiri dari tokoh-tokoh teknokrat non-partisan, dan diawasi oleh otoritas Abbas, harus siap untuk menjalankan Gaza langsung setelah perang berakhir. Israel mengatakan Hamas seharusnya tidak memiliki peran dalam pemerintahan.

Seorang pejabat yang dekat dengan pembicaraan tersebut mengatakan kemajuan telah dibuat tetapi belum ada kesepakatan akhir yang dicapai. Persetujuan Israel akan menentukan apakah komite tersebut dapat memenuhi perannya.

Pejabat keamanan Mesir juga telah mengadakan pembicaraan dengan Hamas mengenai cara-cara untuk mencapai gencatan senjata dengan Israel.

Seorang pejabat Palestina yang dekat dengan upaya mediasi tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa Hamas tetap pada syaratnya bahwa setiap perjanjian harus mengakhiri perang dan melibatkan penarikan pasukan Israel, tetapi Hamas akan menunjukkan fleksibilitas yang dibutuhkan untuk mencapainya.

Israel mengatakan perang akan berakhir hanya jika Hamas tidak lagi memerintah Gaza dan tidak menimbulkan ancaman bagi Israel.

Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengatakan pada hari Minggu bahwa ada beberapa indikasi kemajuan menuju kesepakatan untuk membebaskan sandera Israel, tetapi persyaratan Israel untuk mengakhiri perang tidak berubah.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan dia pikir peluang gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan sekarang lebih mungkin terjadi.