JAKARTA - Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza mengatakan, Indonesia tengah berada di jalur transformasi industri 4.0, dan kecerdasan buatan (AI) menjadi kunci dalam mewujudkan smart manufacturing. Menurutnya, AI bukan hanya soal teknologi, tetapi alat yang akan memperkuat daya saing dan efisiensi industri nasional.
Dalam acara AI for Indonesia di Jakarta, Rabu (4/12), Faisol menjelaskan bahwa AI berperan sebagai ‘otak’ yang menghubungkan berbagai teknologi lain seperti Internet of Things (IoT), robotika, dan big data untuk menciptakan sistem produksi yang lebih cerdas dan otomatis.
"Making Indonesia 4.0 ini menjadi tonggak bagi industri untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan teknologi industri 4.0 dalam rantai pasok maupun pada proses produksi bisnisnya, sehingga diharapkan mampu melakukan peningkatan dalam efisiensi dan produktivitasnya," ujarnya.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin), lanjutnya, telah menetapkan tujuh sektor industri manufaktur yang mendapat prioritas pengembangan untuk mencapai inisiasi utama dalam Making Indonesia 4.0.
Ketujuh sektor tersebut, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronika, farmasi, serta alat kesehatan.
Lima dari tujuh sektor tersebut dipilih karena dinilai memiliki potensi yang besar untuk memberikan kontribusi hingga 70% dari total PDB manufaktur, 65% ekspor manufaktur, dan 60% pekerja industri, sebut Faisol.Wamenperin menjelaskan, beberapa contoh teknologi yang digunakan dalam industri 4.0, antara lain adalah internet of things (IoT), artificial intelligence (AI), cloud computing, augmented reality (AR), big data, dan robotika lanjutan.
“Secara khusus, teknologi AI merevolusi industri dengan meningkatkan efisiensi, mempercepat inovasi, dan memberikan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar secara real-time," ujar dia.
Namun, Wamenperin mengakui ada beberapa tantangan, seperti keterbatasan infrastruktur teknologi, biaya tinggi, dan kekurangan tenaga ahli digital. Meskipun demikian, ia optimis bahwa AI akan membawa lompatan besar dalam produktivitas dan daya saing Indonesia di pasar global.
Pemerintah, melalui Kemenperin, kata Faisol, berkomitmen mendukung adopsi AI dengan berbagai kebijakan, termasuk fasilitas fiskal dan pemberdayaan sektor pendidikan.
"Terdapat beberapa kebijakan yang dapat mendorong pelaku industri memanfaatkan Al, antara lain melalui pemberian fasilitas fiskal atau nonfiskal, pemberdayaan sektor pendidikan sebagai agen perubahan, serta membangun ekosistem keamanan data dan infrastruktur pengembangan AI," kata Faisol.
Melalui kolaborasi yang kuat antara pemerintah, industri, dan pelaku ekonomi, Faisol yakin Indonesia dapat memanfaatkan teknologi AI untuk mendorong kemajuan industri dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.