DENPASAR - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya memperkuat kapasitas sumber daya manusia (SDM) pertanian sebagai kunci utama dalam mencapai swasembada pangan pada 2027. Di antaranya dengan menyiapkan pelatihan yang tepat sasaran dan berkelanjutan untuk SDM pertanian di seluruh Indonesia.
Terbaru, Kementan menggelar kegiatan Diseminasi Informasi Pemberdayaan Masyarakat untuk Fasilitator Desa Program READSI dan Reviu Peraturan Menteri Pertanian yang membahas pembaruan modul pelatihan agribisnis.
Kegiatan yang digelar di Denpasar, Bali pada 4 hingga 7 Desember 2024 ini dihadiri oleh 444 peserta yang terdiri dari Kepala UPT Pelatihan, Widyaiswara, Dosen, Guru, tim READSI, Fasilitator Desa, Fasilitator Bisnis, hingga Praktisi Pemberdayaan Masyarakat.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti menekankan, SDM pertanian terlatih memegang peran vital dalam menjaga keberlanjutan ketahanan pangan. Ia juga menekankan pentingnnya pemberdayaan masyarakat.
"Kita sangat berharap dari program ini kita bisa mencapai swasembada pangan. Program pemberdayaan masyarakat ini bisa apapun bentuk kelembagaannya apakah korporasi, cluster, ataupun brigade pangan," ujar Santi saat membuka kegiatan tersebut.
Pemberdayaan kelompok tani juga menjadi fokus dalam kegiatan ini. Dengan membentuk korporasi tani atau kelompok usaha, memungkinkan petani untuk memanfaatkan teknologi pertanian dengan lebih efektif dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
"Kita harapkan dengan memberdayakan masyarakat bisa membangun korporasi, mengolah lahan yang luas secara berkelompok. Ini salah satu cara untuk masyarakat tani bisa berkembang. Dengan memanfaatkan pertanian yang modern tidak lagi konvensional. Sehingga bisa mendapatkan nilai tambah yang lebih," kata Santi.
Karena itu, lanjutnya, modul pelatihan yang disusun harus aplikatif, mudah dipahami, dan memberi keterampilan langsung yang bisa diterapkan oleh para petani.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan) baru Inneke Kusumawaty, menjelaskan bahwa modul pelatihan yang ada perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi pertanian yang terus maju.
“Kami ingin para petani tidak hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga keterampilan praktis yang langsung bisa meningkatkan produktivitas mereka,” ujarnya.
Pelatihan yang lebih terstruktur dan berbasis teknologi modern akan memastikan petani bisa lebih efisien dalam mengelola usaha pertanian mereka, baik dalam hal pengolahan tanah maupun dalam hal pemasaran produk.
Dengan program-program pelatihan yang relevan dan pemberdayaan yang tepat, Kementan optimis Indonesia dapat mencapai swasembada pangan pada 2027. Peningkatan kapasitas SDM pertanian merupakan langkah awal yang penting, dan dengan pelatihan yang berkesinambungan, petani diharapkan tidak hanya bisa bertahan, tetapi juga berkembang di tengah tantangan global.