• News

Assad Serahan Kekuasaan Secara Damai, Tahanan yang Dibebaskan Bingung

Yati Maulana | Senin, 09/12/2024 12:05 WIB
Assad Serahan Kekuasaan Secara Damai, Tahanan yang Dibebaskan Bingung Komandan pemberontak Abu Mohammed al-Golani berbicara kepada khalayak di Masjid Ummayad di Damaskus, Suriah, 8 Desember 2024. REUTERS

DAMASKUS - Keberadaannya Presiden Suriah Bashar al-Assad usai digulingkan, tidak diketahui. Demikian pula dengan keberadaan istrinya Asma dan kedua anak mereka. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Assad telah meninggalkan jabatannya dan meninggalkan negara itu setelah memberikan perintah untuk penyerahan kekuasaan secara damai.

Koalisi pemberontak Suriah mengatakan pihaknya terus bekerja untuk menyelesaikan pengalihan kekuasaan di negara itu kepada badan pemerintahan transisi dengan kekuasaan eksekutif penuh.

"Revolusi besar Suriah telah beralih dari tahap perjuangan untuk menggulingkan rezim Assad ke perjuangan untuk membangun Suriah bersama yang sesuai dengan pengorbanan rakyatnya," tambahnya dalam sebuah pernyataan.

Sepanjang perang saudara, pasukan keamanan menahan ratusan ribu orang yang ditangkap di kamp-kamp penahanan tempat organisasi hak asasi manusia internasional mengatakan penyiksaan adalah praktik universal. Keluarga sering kali tidak diberi tahu apa pun tentang nasib orang yang mereka cintai.

Tahanan yang bingung dan gembira keluar dari penjara Suriah pada hari Minggu, bersorak kegirangan saat mereka keluar dari salah satu sistem penahanan paling terkenal di dunia.

Tahanan yang baru dibebaskan berlarian di jalan-jalan Damaskus sambil mengacungkan jari-jari kedua tangan untuk menunjukkan berapa tahun mereka telah di penjara, bertanya kepada orang yang lewat tentang apa yang telah terjadi, tidak langsung mengerti bahwa Assad telah jatuh.

Perdana Menteri Mohammad Ghazi al-Jalali menyerukan pemilihan umum yang bebas di negara tempat lawan-lawan Assad menghadapi bom barel.

Jalali juga mengatakan bahwa ia telah menghubungi Golani untuk membahas pengelolaan masa transisi, yang menandai perkembangan penting dalam upaya untuk membentuk masa depan politik Suriah.

Runtuhnya pemerintahan Assad mengikuti pergeseran keseimbangan kekuasaan di Timur Tengah setelah banyak pemimpin Hizbullah, poros kekuatan medan perang Assad, dibunuh oleh Israel selama dua bulan terakhir.

Rusia, sekutu setia Assad, melakukan intervensi secara tegas pada tahun 2015 untuk membantu Assad selama perang saudara Suriah. Namun, hal itu telah dibatasi oleh perang Ukraina.

Perang saudara Suriah menyeret serangkaian kekuatan luar, menciptakan ruang bagi militan jihad untuk merencanakan serangan di seluruh dunia, dan mengirim jutaan pengungsi ke negara-negara tetangga.

Garis depan tidak aktif selama bertahun-tahun. Kemudian, kaum Islamis yang pernah berafiliasi dengan Al Qaeda tiba-tiba beraksi pada akhir November.

HTS, yang mempelopori kemajuan pemberontak di seluruh Suriah barat, sebelumnya merupakan afiliasi al Qaeda hingga pemimpinnya Golani memutuskan hubungan dengan gerakan jihad global tersebut pada tahun 2016.

"Pertanyaan sebenarnya adalah seberapa teratur transisi ini, dan tampaknya cukup jelas bahwa Golani sangat menginginkannya menjadi teratur," kata Joshua Landis, seorang pakar Suriah dan Direktur Pusat Studi Timur Tengah di Universitas Oklahoma. "Mereka harus membangun kembali ... mereka akan membutuhkan Eropa dan AS untuk mencabut sanksi," Landis menambahkan.

HTS adalah kelompok pemberontak terkuat di Suriah dan beberapa warga Suriah tetap khawatir kelompok itu akan memberlakukan aturan Islam yang kejam atau memicu pembalasan.

Negara-negara seperti Uni Emirat Arab dan Mesir, keduanya sekutu dekat AS, melihat kelompok militan Islam sebagai ancaman eksistensial, sehingga HTS mungkin menghadapi perlawanan dari kelas berat regional.

Israel mengatakan telah mengerahkan pasukan di zona penyangga yang dipantau PBB dengan Suriah dan di sejumlah titik yang diperlukan untuk pertahanan.

Serangan yang diduga dilakukan Israel menghantam distrik Mazzeh di Damaskus, kata seorang sumber keamanan Lebanon dan Suriah pada hari Minggu.

Jet yang diyakini milik Israel mengebom pangkalan udara Khalkhala di Suriah selatan yang dievakuasi oleh tentara Suriah semalam, dua sumber keamanan regional mengatakan kepada Reuters.

Pemerintah Israel tidak segera berkomentar tentang serangan yang dilaporkan, yang menurut salah satu sumber tampaknya ditujukan untuk mencegah senjata jatuh ke tangan kelompok Islam radikal.