• News

Serbu Parlemen, Perwira Pasukan Khusus Korsel Mengaku hanya Jalankan Perintah

Yati Maulana | Rabu, 11/12/2024 07:30 WIB
Serbu Parlemen, Perwira Pasukan Khusus Korsel Mengaku hanya Jalankan Perintah Tentara meninggalkan Majelis Nasional setelah parlemen Korea Selatan meloloskan mosi deklarasi darurat militer di Seoul, Korea Selatan, 4 Desember 2024. Yonhap via REUTERS

SEOUL - Komandan pasukan khusus Korea Selatan yang menyerbu parlemen minggu lalu setelah deklarasi darurat militer mengatakan pada hari Senin bahwa ia diperintahkan untuk menghalangi anggota parlemen memasuki ruang sidang guna mencegah pemungutan suara untuk mencabut tindakan darurat tersebut.

Kolonel Kim Hyun-tae, komandan Kelompok Misi Khusus ke-707, mengatakan kepada wartawan bahwa ia bertanggung jawab penuh atas serangan pasukannya ke parlemen tetapi mengatakan bahwa ia bertindak atas perintah menteri pertahanan.

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, yang sekarang menjadi subjek investigasi kriminal, mengumumkan darurat militer pada tanggal 3 Desember hanya untuk membatalkan perintah tersebut dalam beberapa jam setelah parlemen bersidang menentang penjagaan keamanan untuk membatalkannya.

Yoon selamat dari pemungutan suara pemakzulan di parlemen yang dipimpin oposisi pada hari Sabtu yang menjerumuskan Korea Selatan ke dalam krisis konstitusional.

Yoon mengatakan sebelum pemungutan suara bahwa ia mempercayakan nasibnya kepada partai yang berkuasa, tetapi ia tidak menawarkan untuk mengundurkan diri.

Kim mengatakan unitnya mendarat di halaman parlemen dengan perintah untuk menutup gedung utama guna mencegah anggota parlemen masuk, tetapi bertemu dengan anggota staf legislatif di dalam yang menghalangi jalan masuk mereka.

"Kami semua adalah korban yang dimanfaatkan oleh mantan menteri pertahanan, Kim Yong-hyun," kata komandan itu kepada wartawan di luar kementerian pertahanan di Seoul.

"Anggota Kelompok itu tidak bersalah. Satu-satunya kesalahan mereka adalah mereka mengikuti perintah komandan mereka," katanya sambil menahan tangis.

Mantan menteri pertahanan itu ditangkap pada hari Minggu atas perannya dalam mendeklarasikan darurat militer dan memerintahkan pengerahan pasukan ke parlemen.

Pemimpin Partai Kekuatan Rakyat Yoon, Han Dong-hoon, mengatakan pada hari Minggu bahwa Yoon akan dikecualikan dari urusan luar negeri dan urusan negara lainnya, dan partai serta Perdana Menteri Han Duck-soo akan mengelola urusan pemerintahan.

Juru bicara Majelis Nasional Woo Won-shik mengatakan bahwa mendelegasikan wewenang presiden adalah inkonstitusional kecuali presiden dimakzulkan.

Partai Demokrat oposisi utama, yang memimpin mosi pemakzulan yang gagal pada hari Sabtu, mengatakan akan mengajukan mosi itu lagi.