JAKARTA - Dalam kehidupan sehari-hari, istilah mahram dan muhrim sering digunakan, bahkan terkadang salah kaprah. Padahal, kedua istilah ini memiliki makna yang sangat berbeda dalam syariat Islam. Untuk itu, simak ulasan berikut ini tentang perbedaan antara muhrim dan mahram.
Secara etimologi, mahram berasal dari kata bahasa Arab حَرَمَ (ḥarama) yang berarti mengharamkan atau melarang. Dalam konteks ini, mahram merujuk pada seseorang yang diharamkan untuk dinikahi karena hubungan darah, perkawinan, atau persusuan.
Sementara itu, muhrim berasal dari kata bahasa Arab أَحْرَمَ (aḥrama) yang berarti memasuki keadaan ihram. Muhrim adalah istilah untuk seseorang yang sedang dalam kondisi ihram, yaitu keadaan khusus saat melaksanakan ibadah haji atau umrah.
Perbedaan asal kata ini menegaskan bahwa mahram dan muhrim memiliki akar makna yang berbeda.
Dalam terminologi syariat Islam, mahram adalah orang yang haram dinikahi karena hubungan nasab (darah), mushaharah (perkawinan), atau radha’ah (persusuan).
Sebagai contoh:
Secara terminologi, muhrim adalah orang yang sedang berada dalam keadaan ihram, yaitu kondisi suci yang diwajibkan bagi seseorang ketika melaksanakan ibadah haji atau umrah. Dalam kondisi ihram, terdapat berbagai larangan yang harus dipatuhi, seperti:
Muhrim tidak ada kaitannya dengan hubungan nasab, perkawinan, atau persusuan.
Dalam praktik sehari-hari, banyak orang keliru menggunakan kata muhrim untuk merujuk pada mahram. Contoh yang salah kaprah adalah mengatakan "muhrim" untuk menyebut seseorang yang haram dinikahi, padahal istilah yang benar adalah mahram.
Misalnya:
Kesalahan ini terjadi karena kesamaan bunyi antara kedua kata, meskipun makna dan konteks penggunaannya sangat berbeda.