• News

Gedung Putih Rilis Strategi Lawan Kebencian anti-Muslim dan anti-Arab

Yati Maulana | Sabtu, 14/12/2024 13:30 WIB
Gedung Putih Rilis Strategi Lawan Kebencian anti-Muslim dan anti-Arab Presiden AS Joe Biden saat ia menjadi tuan rumah di sela-sela KTT peringatan 75 tahun NATO, di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, AS 10 Juli 2024. REUTERS

WASHINGTON - Presiden AS Joe Biden pada hari Kamis merilis strategi yang telah lama ditunggu-tunggu untuk melawan kebencian anti-Muslim dan anti-Arab, yang meningkat tajam sejak dimulainya perang Israel-Gaza. Strategi ini menyerukan upaya mendesak dan berkelanjutan untuk mengurangi diskriminasi dan bias.

Dokumen setebal 64 halaman itu muncul beberapa minggu sebelum pelantikan mantan Presiden Donald Trump, yang memberlakukan larangan perjalanan bagi orang-orang dari beberapa negara mayoritas Muslim selama masa jabatan pertamanya yang dicabut Biden pada hari pertamanya menjabat.

Ini mencerminkan strategi komprehensif untuk melawan antisemitisme yang dirilis oleh Gedung Putih pada September 2023. Kasus ini muncul lebih dari setahun setelah kematian bocah lelaki berusia enam tahun Wadea Al-Fayoume, yang ditikam oleh seorang pria yang menargetkan dia dan ibunya karena mereka adalah warga Amerika-Palestina.

Dalam kata pengantar strategi tersebut, Biden menyebut serangan terhadap bocah Chicago dan ibunya sebagai "tindakan keji" dan mencatat lonjakan kejahatan kebencian anti-Muslim dan anti-Arab, diskriminasi, dan perundungan yang disebutnya salah dan tidak dapat diterima.

"Muslim dan Arab berhak untuk hidup bermartabat dan menikmati setiap hak sepenuhnya bersama dengan semua sesama warga Amerika," tulis Biden. "Kebijakan yang mengakibatkan diskriminasi terhadap seluruh komunitas adalah salah dan gagal menjaga kita tetap aman."

Council on American Islamic Relations, sebuah kelompok hak sipil Muslim, menyebut strategi itu "terlalu sedikit, terlalu terlambat" dan menyalahkan Gedung Putih karena tidak mengakhiri daftar pantauan federal dan daftar "larangan terbang" yang mencakup banyak warga Amerika Arab dan Muslim.

Tim transisi Trump belum memberikan komentar langsung tentang strategi itu atau apakah mereka akan mendukungnya.

Trump, yang memperoleh dukungan dari beberapa pemilih Muslim yang marah tentang dukungan Biden terhadap perang Israel di Gaza, telah mengatakan bahwa dia akan melarang masuk ke AS bagi siapa pun yang mempertanyakan hak Israel untuk hidup dan mencabut visa bagi mahasiswa asing yang "antisemit."

Ketegangan antara kelompok pro-Israel dan pro-Palestina meningkat di beberapa kampus AS setelah serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel, dengan para pembela hak asasi manusia memperingatkan tentang meningkatnya antisemitisme, Islamofobia, dan kebencian anti-Arab.