JAKARTA - Setiap 25 Desember, hampir setiap negara di dunia merayakan Natal sebagai peringatan kelahiran Yesus Kristus, atau Nabi Isa dalam tradisi Islam. Meski Natal dianggap bukan bagian dari ritual Islam, kisah kelahiran Nabi Isa diabadikan dengan indah dalam Al-Qur’an. Bagaimana Islam memandang peristiwa ini, dan apa makna mendalam yang bisa dipetik dari "yauma wulida"—hari kelahiran—yang disebutkan dalam kitab suci?
Al-Qur’an secara eksplisit menggambarkan kelahiran Nabi Isa sebagai salah satu mukjizat besar Allah. Dalam Surah Maryam, peristiwa ini diceritakan dengan penuh keajaiban: Maryam melahirkan Nabi Isa tanpa melalui hubungan suami-istri, sebagai bukti kekuasaan Allah.
Salah satu ayat yang menyoroti kelahiran ini adalah:
“Kedamaian atas dirinya pada hari ia dilahirkan, hari ia meninggal, dan hari ia dibangkitkan kembali.” (QS. Maryam: 15 dan 33)
Ayat ini menunjukkan penghormatan luar biasa kepada Nabi Isa sebagai seorang nabi yang membawa pesan tauhid kepada umatnya. Dalam Islam, kelahiran para nabi, termasuk Nabi Isa, adalah momen bersejarah yang layak direnungkan.
Frasa "yauma wulida" berarti "hari kelahiran," yang oleh para ahli tafsir dijelaskan sebagai hari lahir Nabi Isa. Namun, sebagian ulama juga menafsirkan bahwa frasa ini dapat dikaitkan dengan nabi lainnya, seperti Nabi Daud. Penggunaannya menunjukkan kedamaian dan berkah yang menyertai kelahiran seorang nabi.
Dalam konteks ini, Al-Qur’an mengajarkan pentingnya menghormati peristiwa yang membawa pesan ilahi, termasuk kelahiran nabi yang menjadi bagian dari perjalanan spiritual umat manusia.
Meskipun umat Islam tidak merayakan Natal, Islam menempatkan Nabi Isa sebagai salah satu nabi utama. Penghormatan terhadap beliau tercermin dalam ajaran untuk tidak membeda-bedakan para rasul:
“Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara rasul-rasul-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 285)
Lebih jauh, Islam juga mendorong sikap toleransi terhadap umat agama lain. Dalam masyarakat yang majemuk, mengucapkan selamat Natal bagi sebagian ulama diperbolehkan sebagai bentuk penghormatan sosial, selama tidak menyentuh ranah akidah.
Kisah kelahiran Nabi Isa membawa banyak hikmah yang relevan hingga kini:
Kekuatan Iman
Maryam adalah simbol keimanan yang luar biasa, menghadapi ujian besar dengan tawakal kepada Allah.
Pesan Kedamaian
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, kelahiran Nabi Isa adalah momen penuh kedamaian, yang menjadi teladan untuk hidup rukun di tengah perbedaan.
Toleransi dalam Keberagaman
Sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, Islam mengajarkan pentingnya hidup harmonis dengan semua umat beragama.
Jadi, Hari Natal, meskipun dianggap bukan bagian dari tradisi Islam, tetap mengandung nilai-nilai universal yang relevan dengan ajaran Al-Qur’an: kedamaian, cinta kasih, dan penghormatan terhadap utusan Allah. Kisah kelahiran Nabi Isa yang disebut sebagai "yauma wulida" menjadi pengingat akan mukjizat ilahi yang menginspirasi umat manusia untuk hidup dalam harmoni dan saling menghormati.