JAKARTA - Fenomena mati suri sering kali menjadi topik yang menarik perhatian dan menyisakan tanda tanya besar. Dalam perspektif Islam, mati suri dapat dipahami sebagai salah satu bentuk takdir Allah yang penuh hikmah. Meskipun ilmu modern mencoba menjelaskan fenomena ini secara medis, Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah.
Mati suri secara umum didefinisikan sebagai kondisi ketika seseorang tampak kehilangan tanda-tanda kehidupan, seperti detak jantung atau pernapasan, tetapi kemudian kembali sadar. Dalam Islam, mati suri sering kali dipandang sebagai peringatan atau tanda kekuasaan Allah. Fenomena ini membangkitkan kesadaran akan pentingnya persiapan menghadapi kehidupan setelah mati.
Islam mengajarkan bahwa kehidupan dan kematian berada di tangan Allah. Dalam Al-Qur`an, Allah berfirman:
"Dan Dialah yang menciptakan kehidupan dan kematian untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya." (QS Al-Mulk: 2)
Fenomena mati suri dapat menjadi pengingat bahwa hidup adalah anugerah yang harus disyukuri. Dalam beberapa kasus, pengalaman mati suri menginspirasi seseorang untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadahnya.
Al-Qur`an mencatat beberapa kisah kebangkitan yang menunjukkan kebesaran Allah, di antaranya:
Ashabul Kahfi: Sekelompok pemuda yang tertidur di dalam gua selama ratusan tahun dan kemudian dibangkitkan kembali (QS Al-Kahfi: 9-26).
Nabi Uzair: Nabi Uzair tertidur selama 100 tahun dan dibangkitkan kembali untuk menunjukkan kekuasaan Allah atas kehidupan dan kematian (QS Al-Baqarah: 259).
Nabi Ibrahim dan Burung-Burung: Allah menunjukkan kepada Nabi Ibrahim bagaimana makhluk mati dapat dihidupkan kembali sebagai bukti kekuasaan-Nya (QS Al-Baqarah: 260).
Secara medis, mati suri dikenal sebagai "near-death experience" (NDE), yaitu kondisi ketika seseorang berada di ambang kematian tetapi kemudian kembali sadar. Fenomena ini sering terjadi akibat situasi kritis seperti serangan jantung, trauma berat, atau komplikasi medis lainnya. Berikut adalah penjelasan medis terkait mati suri:
Penjelasan Fisiologis: Mati suri biasanya terjadi ketika aliran darah dan oksigen ke otak terhenti sementara. Otak yang kekurangan oksigen dapat memicu halusinasi atau pengalaman mendekati kematian.
Pengalaman Subjektif: Banyak orang yang mengalami mati suri melaporkan sensasi seperti melihat cahaya terang, merasa tenang, atau melihat kejadian hidup mereka dalam kilasan cepat. Ini dapat dijelaskan sebagai respons neurologis otak dalam kondisi kritis.
Penelitian Ilmiah: Studi menunjukkan bahwa pengalaman mati suri mungkin disebabkan oleh aktivitas listrik otak yang meningkat sesaat sebelum kematian klinis. Penelitian lebih lanjut terus dilakukan untuk memahami fenomena ini secara lebih mendalam.
Mati suri sering kali membawa pelajaran berharga bagi yang mengalaminya. Berikut beberapa hikmah yang dapat diambil:
Kesadaran akan Akhirat: Mati suri mengingatkan kita bahwa kematian itu nyata dan kehidupan dunia hanya sementara.
Kesempatan Kedua: Fenomena ini sering kali membuat seseorang lebih menghargai waktu dan memperbaiki amal ibadahnya.
Tanda Kekuasaan Allah: Mati suri menjadi bukti bahwa kehidupan dan kematian adalah urusan Allah semata.
Banyak yang melihat mati suri sebagai kesempatan kedua untuk menjalani hidup dengan lebih baik. Islam mengajarkan bahwa setiap momen hidup adalah peluang untuk berbuat baik dan mempersiapkan diri menghadapi akhirat. Oleh karena itu, gunakanlah pengalaman tersebut sebagai motivasi untuk meningkatkan ketakwaan dan berbuat kebajikan.
Jadi, mati suri adalah salah satu bentuk kebesaran Allah yang mengingatkan kita akan kekuasaan-Nya atas kehidupan dan kematian. Fenomena ini, baik dipahami secara medis maupun spiritual, seharusnya menjadi pengingat bahwa hidup adalah anugerah yang harus disyukuri. Semoga kita senantiasa berada di jalan yang diridhai-Nya dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal di akhirat.