JAKARTA - "Brain rot" merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika seseorang merasa pikirannya menjadi kurang tajam, sulit berkonsentrasi, atau mengalami penurunan produktivitas mental.
Istilah ini bukan diagnosis medis, tetapi sering digunakan untuk mencerminkan dampak negatif dari gaya hidup atau kebiasaan tertentu yang memengaruhi fungsi otak. Brain rot biasanya terkait dengan pola konsumsi informasi yang berlebihan atau kurangnya aktivitas intelektual yang menantang.
Brain rot dapat disebabkan oleh beberapa faktor gaya hidup dan kebiasaan, termasuk:
Konsumsi Konten Media Sosial Berlebihan: Menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial, video pendek, atau hiburan pasif lainnya tanpa memberikan stimulasi mental yang berarti.
Kurangnya Aktivitas Mental: Tidak melibatkan diri dalam aktivitas seperti membaca, belajar, atau memecahkan masalah dapat membuat otak kurang terlatih.
Stres Berlebihan: Ketegangan mental yang konstan dapat melemahkan kemampuan otak untuk fokus dan berpikir jernih.
Kurangnya Interaksi Sosial yang Bermakna: Berada dalam isolasi sosial atau hanya terlibat dalam percakapan dangkal dapat mengurangi stimulasi kognitif.
Polusi Informasi: Terlalu banyak paparan informasi tanpa arah dapat membuat otak merasa lelah dan kewalahan.
Brain rot dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan mental dan fisik seseorang. Penurunan kemampuan kognitif, seperti kesulitan berkonsentrasi dan berpikir kritis, adalah dampak utama.
Selain itu, seseorang mungkin merasa kurang produktif, kehilangan motivasi, dan terjebak dalam kebiasaan pasif yang sulit diubah. Brain rot juga dapat memengaruhi kesehatan mental, menyebabkan rasa frustrasi, stres, atau bahkan kecemasan karena merasa tidak mencapai potensi maksimal.