• News

Ragam Peristiwa Internasional pada 30 Desember

M. Habib Saifullah | Senin, 30/12/2024 07:05 WIB
Ragam Peristiwa Internasional pada 30 Desember Ilustrasi, kalender (Foto: Unsplash/Waldemar)

JAKARTA - Bulan Desember 2024 dipenuhi dengan berbagai peringatan nasional dan internasional yang memiliki makna penting di berbagai bidang, mulai dari politik, konflik, maupun ekonomi. Terkhusus pada 30 Desember nampaknya menandai berbagai peristiwa penting dalam sejarah internasional. Berikut ini rangkuman beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi pada 30 Desember:

 

Ferdinand Marcos Dilantik sebagai Presiden Filipina

Ferdinand Marcos diambil sumpahnya sebagai Presiden Filipina pada 30 Desember 1965. Kepemimpinannya, yang berlangsung selama dua dekade, penuh dengan kontroversi. Ia dikenang karena memerintah dengan tangan besi dan memberlakukan darurat militer pada tahun 1972. Meskipun ia memulai masa jabatannya dengan janji reformasi, periode pemerintahannya diwarnai oleh pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi yang meluas.

Exxon Corp. Keluar dari Afrika Selatan

Exxon Corporation menjadi perusahaan minyak internasional besar pertama yang menarik diri dari Afrika Selatan pada 30 Desember 1986. Langkah ini diambil sebagai bentuk protes terhadap kebijakan apartheid yang diskriminatif. Keputusan Exxon ini mendorong perusahaan lain untuk mengambil sikap serupa, meningkatkan tekanan internasional terhadap pemerintah Afrika Selatan.

Hubungan Diplomatik Israel-Vatikan

Tanggal 30 Desember 1993 menjadi momen penting dalam hubungan Israel dengan dunia Katolik. Pada hari ini, Israel dan Vatikan sepakat untuk menjalin hubungan diplomatik. Kesepakatan ini menjadi tonggak sejarah, mengakhiri ketegangan panjang antara kedua pihak dan membuka jalan bagi kerja sama lebih erat di masa depan.

Eksekusi Saddam Hussein

Mantan diktator Irak, Saddam Hussein, dieksekusi dengan cara digantung pada 30 Desember 2006. Saddam dihukum mati setelah dinyatakan bersalah atas pembantaian 148 warga Syiah pada tahun 1982. Eksekusinya mencerminkan upaya Irak pasca-Saddam untuk menegakkan keadilan, meskipun keputusan ini menimbulkan kontroversi di tingkat internasional.