• News

Jeju Air Minta Maaf, Keluarga Korban Meminta Tidak Direkam

Yati Maulana | Senin, 30/12/2024 11:05 WIB
Jeju Air Minta Maaf, Keluarga Korban Meminta Tidak Direkam CEO Jeju Air Kim E-bae dan para pejabat membungkuk untuk meminta maaf atas insiden pesawat mereka, saat konferensi pers di Seoul, Korea Selatan, 29 Desember 2024. Yonhap via REUTERS

MUAN - Jeju Air, penerbangan 7C2216, mengalami kecelakaan di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, Minggu 29 Desember 2024. Pesawat ini tiba dari ibu kota Thailand, Bangkok, dengan 175 penumpang dan enam awak di dalamnya.

CEO Jeju Air Kim E-bae meminta maaf atas kecelakaan itu, membungkuk dalam-dalam selama pengarahan yang disiarkan televisi.

Dia mengatakan pesawat itu tidak memiliki catatan kecelakaan dan tidak ada tanda-tanda awal kerusakan. Maskapai penerbangan akan bekerja sama dengan para penyelidik dan menjadikan dukungan bagi yang berduka sebagai prioritas utama, kata Kim.

Tidak ada kondisi abnormal yang dilaporkan ketika pesawat meninggalkan Bandara Suvarnabhumi Bangkok, kata Kerati Kijmanawat, presiden Airports of Thailand.

Dua awak pesawat Jeju Air yang terbakar, berhasil diselamatkan. Keduanya kini dirawat di rumah sakit dengan luka sedang hingga parah, kata kepala pusat kesehatan masyarakat setempat.

Beberapa jam setelah kecelakaan, anggota keluarga berkumpul di area kedatangan bandara, beberapa menangis dan berpelukan saat relawan Palang Merah membagikan selimut.

Banyak korban tampaknya adalah penduduk daerah sekitar yang baru kembali dari liburan, kata pejabat.

Keluarga berteriak dan menangis saat seorang petugas medis mengumumkan nama-nama korban yang diidentifikasi melalui sidik jari mereka. Kertas-kertas diedarkan agar keluarga menuliskan detail kontak mereka.

Seorang kerabat berdiri di depan mikrofon untuk meminta informasi lebih lanjut dari pihak berwenang. "Kakak laki-laki saya meninggal dan saya tidak tahu apa yang terjadi," katanya. "Saya tidak tahu."

Yang lain meminta wartawan untuk tidak merekam. "Kami bukan monyet di kebun binatang," katanya. "Kami adalah keluarga yang ditinggalkan."

Kendaraan jenazah berbaris di luar untuk membawa jenazah, dan pihak berwenang mengatakan kamar mayat sementara telah didirikan.

Menurut saksi mata Reuters, lokasi kecelakaan berbau bahan bakar penerbangan dan darah. Pekerja dengan pakaian pelindung dan masker menyisir area tersebut sementara tentara mencari melalui semak-semak.

Menara kontrol mengeluarkan peringatan serangan burung dan tak lama kemudian pilot menyatakan mayday dan kemudian mencoba mendarat dari arah yang berlawanan, kata seorang pejabat kementerian transportasi.

Seorang penumpang mengirim pesan singkat kepada seorang kerabatnya untuk mengatakan bahwa ada burung yang tersangkut di sayap pesawat, kantor berita News1 melaporkan. Pesan terakhir orang tersebut adalah, "Haruskah saya mengucapkan kata-kata terakhir saya?"

Kecelakaan udara paling mematikan yang pernah terjadi di Korea Selatan menewaskan 179 orang. Pesawat tersebut mendarat dengan posisi terbalik dan tergelincir dari ujung landasan pacu, meletus menjadi bola api saat menghantam dinding di Bandara Internasional Muan.

Pesawat berupaya mendarat tak lama setelah pukul 9 pagi di bandara di bagian selatan negara itu, kata kementerian transportasi Korea Selatan.

Boeing 737-800 bermesin ganda itu terlihat dalam video media lokal meluncur di landasan pacu tanpa roda pendaratan yang terlihat sebelum menabrak peralatan navigasi dan dinding dalam ledakan api dan puing-puing.

Pihak berwenang menyisir daerah sekitar untuk mencari mayat yang mungkin terlempar dari pesawat, kata Lee.

Kecelakaan itu adalah yang terburuk bagi maskapai penerbangan Korea Selatan sejak kecelakaan Korean Air tahun 1997 di Guam yang menewaskan lebih dari 200 orang, menurut data kementerian transportasi.

Kecelakaan terburuk sebelumnya di tanah Korea Selatan adalah kecelakaan Air China yang menewaskan 129 orang pada tahun 2002.