JAKARTA - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu`ti mengatakan, pihaknya akan memasukkan coding dan artificial intelligence (AI) sebagai mata pelajaran mulai tahun ajaran 2025-2026.
Keduanya, lanjut Mendikdasmen, dirancang sebagai mata pelajaran pilihan, bukan wajib, dan akan diterapkan secara bertahap sesuai dengan kesiapan sekolah.
Hal tersebut disampaikannya dalam acara Taklimat Media Akhir Tahun 2024, yang digelar di Gedung A Kantor Kemendikdasmen, Jakarta, pada Selasa (31/12).
"Insya Allah, coding dan AI akan kami terapkan pada tahun ajaran 2025-2026. Coding dan AI merupakan mata pelajaran pilihan, bukan mata pelajaran wajib. Sekolah yang siap bisa langsung melaksanakan," ujar Abdul Mu`ti.
Untuk mendukung keberhasilan penerapan pelajaran tersebut, pelatihan guru menjadi langkah awal yang penting. Abdul Mu`ti mengakui bahwa tidak semua guru memiliki kemampuan di bidang coding atau AI.
“Kami sudah memulai pembahasan terkait pelatihan gurunya. Bentuk pelatihannya akan kami tetapkan lebih lanjut sesuai dengan ketersediaan anggaran yang kami miliki,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Mendikdasmen menuturkan, sebenarnya selama ini banyak sekolah yang telah mengajarkan coding dan AI, bahkan sejak kelas 1 sekolah dasar (SD).
“Kami juga melihat adanya variasi penerapan di lapangan, ada yang berbasis internet, ada pula yang offline. Ini menyesuaikan fasilitas yang dimiliki masing-masing sekolah,” tambahnya.
Lebih lanjut Mendikdasmen mengatakan, nantinya pelajaran coding dan AI akan difokuskan bagi siswa kelas 4 atau kelas 5 ke atas. Formatnya akan dimasukkan dalam mata pelajaran keterampilan atau teknologi informasi (TI).
Selain kurikulum, kata Mendikdasmen, pemerintah juga tengah mempersiapkan perangkat lunak pendukung pelajaran coding dan AI. Namun, untuk perangkat keras, tanggung jawabnya akan diserahkan kepada masing-masing sekolah sesuai kemampuan dan sumber daya.
“Dalam pelaksanaan mata pelajaran coding dan AI itu, kami lebih fokus pada penyediaan sumber daya manusianya, termasuk pelatihan gurunya. Untuk perangkat keras, sekolah bisa menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing,” kata Abdul Mu`ti.