• Oase

Asal Usul Penamaan Bulan Rajab dalam Islam

Agus Mughni Muttaqin | Kamis, 02/01/2025 22:15 WIB
Asal Usul Penamaan Bulan Rajab dalam Islam Ilustrasi - Asal Usul Penamaan Bulan Rajab dalam Islam (Foto: Pexels/Anete Lusina)

JAKARTA - Bulan Rajab, bulan ke-7 dalam kalender Hijriyah, memiliki sejarah dan makna yang kaya dalam tradisi Islam. Sebagai salah satu dari empat bulan suci (Asyhurul Hurum), Rajab dihormati oleh umat Islam sejak zaman Jahiliyah hingga masa Nabi Muhammad SAW. Namun, bagaimana asal usul penamaan bulan Rajab? Berikut penjelasannya yang dirangkum dari berbagai sumber.

Makna dan Asal Nama Bulan Rajab

Nama "Rajab" diambil dari kata Tarjiib (ترجيب), yang bermakna "mengagungkan" atau "memuliakan" (تعظيم). Istilah ini mencerminkan penghormatan dan kedudukan istimewa bulan Rajab di tengah masyarakat Arab pra-Islam hingga masa Islam. Sebutan ini didasarkan pada tradisi menghentikan peperangan dan menunjukkan sikap hormat pada bulan tersebut.

Selain itu, beberapa ulama bahasa berpendapat bahwa kata Rajab berasal dari Rujbah (رجبة), yang berarti kayu bercabang yang digunakan untuk menopang pohon kurma. Simbol ini menggambarkan stabilitas dan penghormatan, sejalan dengan tradisi menghormati bulan Rajab sebagai waktu untuk memperkuat perdamaian dan persiapan spiritual.

Rajab di Masa Jahiliyah

Pada masa Arab Jahiliyah, bulan Rajab dikenal dengan nama Munashshilul Asinnah, yang berarti "mencabut mata tombak dan panah." Sebutan ini merujuk pada penghentian konflik dan permusuhan selama bulan Rajab. Masyarakat Arab memuliakan bulan ini dengan melarang segala bentuk pertumpahan darah, bahkan menghentikan peperangan yang sedang berlangsung.

Bahkan, larangan ini sudah diberlakukan sejak masa Nabi Ibrahim AS. Pada waktu itu, siapa pun yang melanggar perdamaian di bulan Rajab harus membayar denda (diyah), sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai kesucian bulan ini.

Rajab dalam Perspektif Islam

Dalam Islam, bulan Rajab termasuk dalam Asyhurul Hurum atau empat bulan suci yang disebutkan dalam Al-Qur’an, seperti dalam QS. At-Taubah [9]: 36:

"… di antaranya ada empat (bulan) yang haram (yang disucikan), itulah ketetapan agama yang lurus maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.”

Keempat bulan suci tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Bukhari-Muslim, bulan-bulan ini memiliki nilai sakral yang lebih tinggi dibandingkan bulan lainnya. Pada bulan-bulan tersebut, amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya, sementara dosa kemaksiatan dihitung lebih besar.

Nama Lain Bulan Rajab

Selain nama Rajab, bulan ini juga memiliki beberapa nama lain yang mencerminkan nilai dan tradisinya:

  1. Bulan Fardu:
    Disebut demikian karena Rajab adalah satu-satunya bulan suci yang berdiri sendiri, tidak berurutan seperti tiga bulan lainnya (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram).

  2. Bulan Asham:
    Nama ini berarti "tuli," yang menggambarkan tidak terdengarnya suara senjata atau peperangan pada bulan Rajab, karena bangsa Arab menghentikan konflik untuk menghormati kesuciannya.