JAKARTA - Bulan Rajab, salah satu bulan suci dalam kalender Islam, memiliki berbagai nama yang mencerminkan makna dan keistimewaannya. Di antara sebutan-sebutan tersebut, ada nama yang cukup unik dan penuh makna, yakni Al-‘Asham, yang berarti "tuli." Namun, apa sebenarnya alasan di balik penamaan ini?
Sebutan Al-‘Asham (الأصم) untuk bulan Rajab secara harfiah berarti “tuli.” Nama ini mengacu pada suasana damai dan tenang yang terjadi selama bulan Rajab. Dalam tradisi Arab pra-Islam, bulan Rajab dihormati sebagai bulan yang bebas dari konflik. Tidak terdengar suara peperangan, senjata, atau tangisan akibat pertempuran, sehingga bulan ini dijuluki “tuli.”
Pada masa Jahiliyah, masyarakat Arab memuliakan bulan Rajab sebagai waktu untuk mengakhiri pertumpahan darah dan permusuhan. Bahkan, mereka menghentikan perang yang sedang berlangsung, mencabut senjata, dan berdamai dengan musuh. Seluruh alat perang disimpan sebagai tanda penghormatan terhadap kesucian bulan Rajab.
Tradisi ini begitu kuat sehingga orang-orang Arab tidak hanya menjaga perdamaian, tetapi juga memperbaiki hubungan yang rusak. Mereka kerap berkunjung ke rumah musuh yang telah membunuh anggota keluarganya di masa lalu, menunjukkan betapa tingginya penghormatan terhadap bulan ini.
Dalam ajaran Islam, bulan Rajab termasuk dalam empat bulan suci yang disebut Asyhurul Hurum. Hal ini ditegaskan dalam QS. At-Taubah [9]: 36:
"… di antaranya ada empat (bulan) yang haram (yang disucikan), itulah ketetapan agama yang lurus maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.”
Keempat bulan suci tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Keistimewaan bulan-bulan ini, termasuk Rajab, adalah larangan untuk melakukan peperangan dan mendorong umat untuk memperbanyak amal kebaikan.
Dalam empat bulan haram tersebut terdapat larangan untuk berperang. Dalam Al-Qur`an, tepatnya pada surat Al-Baqarah ayat 217, Allah SWT menjelaskan bahwa berperang di bulan haram adalah dosa besar.
Sebutan Al-‘Asham untuk bulan Rajab juga melambangkan kedamaian universal yang seharusnya menjadi bagian dari kehidupan umat manusia. Bulan ini mengajarkan nilai-nilai perdamaian, introspeksi, dan persiapan spiritual menuju bulan-bulan berikutnya yang lebih mulia, seperti Sya’ban dan Ramadhan.
Rajab sebagai bulan Al-‘Asham adalah pengingat bagi umat Islam untuk menghentikan konflik, baik fisik maupun emosional, dalam kehidupan sehari-hari. Dengan meneladani tradisi perdamaian yang telah berlangsung sejak zaman Jahiliyah hingga masa Islam, umat Islam dapat memperkuat hubungan antar sesama dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Jadi, penamaan Rajab sebagai bulan “tuli” atau Al-‘Asham memiliki makna yang mendalam. Bulan ini mencerminkan suasana damai, penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, dan kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan sesama. Dengan memahami makna di balik sebutan Al-‘Asham, umat Islam diharapkan dapat menjadikan bulan Rajab sebagai momentum untuk meningkatkan kedamaian, introspeksi, dan persiapan spiritual menuju bulan-bulan suci berikutnya.