SEMARANG – Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menegaskan pentingnya mengoptimalkan panen raya, dalam 2-3 bulan ke depan, sebagai momentum untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
“Panen raya merupakan momentum strategis untuk memperkuat stok pangan nasional. Oleh karena itu, Bulog harus dapat memaksimalkan serapan hasil panen petani dalam negeri di masa panen raya, tentunya dengan tetap menjaga kualitas beras yang diterima agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, terutama menyangkut kadar air,” ujar Arief usai meninjau Gudang Perum Bulog Tambak Aji, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (3/1/2025).
Arief menekanka, keberhasilan penyerapan beras domestik tidak hanya berdampak pada penguatan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang berkualitas, tetapi juga menjadi langkah konkret dalam mendukung kesejahteraan petani.
"Apalagi kita mau stop impor beras di 2025 ini. Jadi sangat penting Bulog menjaga kualitas gabah dan beras. Kadar air harus benar-benar dijaga. Ini demi untuk kualitas. Kita harus cek itu benar-benar," ujarnya.
Arief menambahkan, berdasarkan Rapat Terbatas Kabinet yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto pada 30 Desember 2024 lalu, pemerintah memutuskan untuk menyesuaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dari Rp 6.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 6.500 per kg.
“Dengan itu, Bulog harus memastikan proses penyerapan dilakukan dengan harga yang baik menyesuaikan HPP yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga sedulur petani mendapatkan manfaat yang adil dari hasil jerih payah mereka dan tetap semangat untuk produksi seterusnya,” tambahnya.
Selain itu, Kepala NFA juga meminta Bulog untuk terus meningkatkan efisiensi dalam proses pengelolaan dan distribusi beras.
“Kualitas adalah hal yang tidak bisa ditawar. Beras yang diserap harus dipastikan sesuai standar mutu, sehingga dapat langsung disalurkan ke masyarakat yang membutuhkan atau disimpan dengan baik dalam gudang Bulog,” jelas Arief.
Upaya Bulog dalam melaksanakan pengadaan setara beras yang bersumber dari panen petani lokal, di tahun 2024 telah menorehkan capaian yang impresif. Selama 2022, pengadaan setara beras dalam negeri masih berkisar di angka 994 ribu ton. Kemudian di 2023 mengalami kenaikan hingga 1,066 juta ton.
Data terkini, sepanjang 2024 angkanya telah melejit 26,7 persen lebih banyak dibandingkan 2 tahun lalu, hingga tercapai 1,26 juta ton. Capaian itu terdiri dari CBP sebesar 831 ribu ton dan beras komersial sebanyak 434 ribu ton.
Dalam kesempatan yang sama, Arief menekankan perlunya sinergi yang kuat pemerintah daerah dengan Bulog dalam mengoordinasikan penyerapan hasil panen. Sinergi ini penting untuk memastikan distribusi yang merata serta menghindari penumpukan stok di suatu wilayah tertentu.
"Inflasi kita di 2024, itu terbaik sejak tahun 1958. Nah Bulog ikut andil dalam hal itu. Jadi nama Bulog ikut harum. Sampai hari ini pangan bisa stabil, itu karena stok kita kuat," kata Arief.
“Jadi semua pihak, baik pemerintah pusat, daerah, maupun lembaga terkait, harus bekerja bersama untuk menjaga ekosistem pangan nasional tetap stabil. Ini adalah tanggung jawab kita bersama dalam mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia,” tegasnya.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan adanya kenaikan produksi beras di awal 2025 yang melebihi periode yang sama di 2024. Estimasi produksi beras di Januari 2025 dilaporkan bisa mencapai 1,2 juta ton dan Februari 2025 bisa 2,08 juta ton.
Angka tersebut jika dibandingkan dengan Januari dan Februari 2024 yang ada di angka 0,87 juta ton dan 1,39 juta ton, memperlihatkan adanya surplus sejumlah 1,02 juta ton. Dari itu, perkiraan terjadinya panen raya beras dapat dimulai pada akhir Februari sampai Mei mendatang.