Kisah Seorang Hafidz Al-Qur`an yang Justru Membunuh Sahabat Nabi

M. Habib Saifullah | Senin, 06/01/2025 15:30 WIB
Kisah Seorang Hafidz Al-Qur`an yang Justru Membunuh Sahabat Nabi Kisah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib di tangan seorang hafidz Al-Qur`an (Foto: Yousef Abdinejad via Wikipedia)

JAKARTA - Abdurrahman bin Muljam merupakan nama yang dikenal dalam sejarah Islam sebagai pembunuh Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Khalifah keempat sekaligus menantu Rasulullah SAW. Kisah ini penuh dengan kontradiksi, karena Abdurrahman bin Muljam dikenal sebagai seorang hafidz Al-Qur`an dan seorang ahli ibadah, tetapi pada akhirnya ia terjerumus dalam tindakan pembunuhan terhadap salah satu sahabat paling mulia.

Berikut ini kisah tragis tentang bagaimana ia sampai pada tindakan tersebut.

Latar Belakang Abdurrahman bin Muljam

Abdurrahman bin Muljam berasal dari suku Bani Murad di Yaman. Ia dikenal sebagai seorang yang sangat taat beribadah, hafidz Al-Qur`an, dan sering terlibat dalam jihad bersama umat Islam. Abdurrahman memiliki reputasi sebagai seorang Muslim yang saleh, dengan ilmu agama yang cukup mendalam.

Namun, dalam perjalanannya, Abdurrahman terpengaruh oleh ideologi kelompok Khawarij, sebuah kelompok yang muncul setelah Perang Shiffin antara Sayyidina Ali dan Muawiyah bin Abi Sufyan. Kelompok Khawarij dikenal ekstrem dan memiliki pandangan keras terhadap siapa pun yang mereka anggap menyimpang dari prinsip-prinsip Islam, termasuk Sayyidina Ali.

Kelompok Khawarij muncul sebagai oposisi setelah Sayyidina Ali menyetujui arbitrase (tahkim) untuk menyelesaikan konflik dengan Muawiyah. Bagi Khawarij, keputusan ini dianggap sebagai pelanggaran hukum Allah karena mereka percaya bahwa keputusan hanya boleh diserahkan kepada Allah, bukan manusia.

Khawarij kemudian menganggap Sayyidina Ali, Muawiyah, dan Amr bin Ash sebagai "kafir" karena setuju pada arbitrase tersebut. Mereka memutuskan untuk membunuh ketiganya sebagai bagian dari rencana besar mereka untuk "membersihkan" Islam.

Abdurrahman bin Muljam dan Rencana Pembunuhan

Abdurrahman bin Muljam menjadi sukarelawan untuk membunuh Sayyidina Ali. Menurut catatan sejarah, ia berangkat ke Kufah, tempat Ali tinggal, untuk melaksanakan misi ini. Abdurrahman bertemu dengan beberapa anggota Khawarij lainnya dan mulai menyusun rencana.

Sebelum melaksanakan aksinya, Abdurrahman memperdalam ibadahnya dan terus memperkuat keyakinannya bahwa tindakannya adalah "jihad" untuk menegakkan hukum Allah. Keyakinan ini menunjukkan bagaimana ideologi ekstrem dapat mengubah seseorang dari seorang yang saleh menjadi pelaku kejahatan besar.

Pada pagi hari tanggal 19 Ramadan 40 Hijriah, Sayyidina Ali pergi ke masjid untuk melaksanakan salat Subuh. Ketika Sayyidina Ali sedang dalam posisi sujud, Abdurrahman bin Muljam menyerangnya dengan pedang yang telah diracun. Luka yang diderita Sayyidina Ali sangat parah, dan beberapa hari kemudian, beliau wafat akibat serangan tersebut.

Sebelum wafat, Sayyidina Ali meminta agar umat tetap menjaga persatuan dan menghindari pertumpahan darah. Beliau juga memerintahkan agar Abdurrahman diperlakukan sesuai dengan hukum Islam.

Eksekusi Abdurrahman bin Muljam

Setelah tertangkap, Abdurrahman bin Muljam tidak menunjukkan penyesalan atas tindakannya. Ia bahkan mengklaim bahwa perbuatannya adalah tindakan yang benar berdasarkan keyakinannya. Abdurrahman dihukum mati atas pembunuhan tersebut, tetapi kisahnya tetap menjadi pelajaran penting dalam sejarah Islam.