• News

Diprotes, AS Tetap Berencana Jual Senjata Senilai Rp 129 Triliun ke Israel

Yati Maulana | Senin, 06/01/2025 17:05 WIB
Diprotes, AS Tetap Berencana Jual Senjata Senilai Rp 129 Triliun ke Israel Seorang tentara Israel memegang senjata di dalam kendaraan militer, di Tepi Barat yang diduduki Israel, 31 Oktober 2024. REUTERS

WASHINGTON - Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah memberi tahu Kongres tentang usulan penjualan senjata senilai $8 miliar atau sekitar Rp 129 triliun ke Israel, kata dua pejabat AS. Washington tetap mendukung sekutunya yang perangnya di Gaza telah menewaskan puluhan ribu orang.

Kesepakatan itu memerlukan persetujuan dari DPR dan komite Senat dan mencakup amunisi untuk jet tempur dan helikopter serang serta peluru artileri. Paket itu juga mencakup bom berdiameter kecil dan hulu ledak, menurut sumber tersebut.

Salah satu sumber yang mengetahui paket itu mengatakan Biden telah menjelaskan bahwa Israel memiliki hak untuk membela warganya "sesuai dengan hukum internasional dan hukum humaniter internasional," dan bahwa AS akan terus menyediakan kemampuan yang diperlukan untuk pertahanan Israel.

Beberapa pengiriman amunisi dapat disediakan melalui stok AS saat ini, sementara sebagian besar akan memakan waktu hingga beberapa tahun untuk dikirimkan, kata sumber itu.

Paket itu mencakup rudal udara-ke-udara AIM-120C-8 untuk mempertahankan diri dari pesawat nirawak dan ancaman udara lainnya, peluru artileri 155mm, rudal Hellfire AGM-114, dan bom serta sistem pemandu lainnya senilai $6,75 miliar, kata salah satu pejabat AS. Departemen Luar Negeri tidak menanggapi permintaan komentar.

Para pengunjuk rasa telah menuntut embargo senjata terhadap Israel selama berbulan-bulan, tetapi kebijakan AS sebagian besar tetap tidak berubah. Pada bulan Agustus, Amerika Serikat menyetujui penjualan jet tempur dan peralatan militer lainnya senilai $20 miliar kepada Israel.

Pemerintahan Biden mengatakan bahwa mereka membantu sekutunya mempertahankan diri dari kelompok militan yang didukung Iran seperti Hamas di Gaza, Hizbullah di Lebanon, dan Houthi di Yaman.

Menghadapi kritik internasional, Washington telah mendukung Israel selama serangannya di Gaza yang telah mengungsi hampir seluruh dari 2,3 juta penduduk Gaza, menyebabkan krisis kelaparan, dan menyebabkan tuduhan genosida yang dibantah Israel.

Kementerian kesehatan Gaza menyebutkan jumlah korban tewas lebih dari 45.000 orang, dengan banyak tambahan yang dikhawatirkan terkubur di bawah reruntuhan.

Upaya diplomatik sejauh ini gagal mengakhiri perang Israel yang telah berlangsung selama 15 bulan di Gaza yang dipicu oleh serangan pada 7 Oktober 2023 oleh militan Hamas Palestina di Israel yang menewaskan 1.200 orang dan sekitar 250 orang disandera, menurut penghitungan Israel.

Washington, sekutu dan pemasok senjata terbesar Israel, sebelumnya juga telah memveto resolusi Dewan Keamanan PBB tentang gencatan senjata di Gaza.

Biden dari Partai Demokrat akan meninggalkan jabatannya pada 20 Januari, ketika Presiden terpilih dari Partai Republik Donald Trump akan menggantikannya. Keduanya merupakan pendukung kuat Israel.