JAKARTA - Sayyidah Fatimah Az-Zahra merupakan putri Rasulullah SAW dari pernikahan beliau dengan Sayyidah Khadijah binti Khuwailid. Fathimah merupakan salah satu wanita mulia yang memiliki tempat istimewa dalam Islam, baik karena keutamaan pribadinya maupun perannya dalam keluarga Nabi. Beliau adalah teladan bagi setiap Muslimah, baik dalam ketakwaan, kesabaran, maupun pengorbanan.
Berikut ini lima keistimewaan dan keutamaan Sayyidah Fatimah Az-Zahra yang patut kita teladani:
Rasulullah SAW menyebut Fathimah sebagai salah satu dari empat wanita terbaik sepanjang sejarah. Dalam sebuah hadis, Nabi SAW bersabda:
"Wanita terbaik dari kalangan ahli surga adalah Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, dan Asiyah binti Muzahim." (HR. Ahmad).
Fathimah dikenal sebagai wanita yang memiliki keberanian luar biasa dalam membela kebenaran. Ketika Rasulullah SAW menghadapi berbagai tekanan dari kaum Quraisy, Fathimah selalu berada di sisi beliau untuk memberikan dukungan moral. Salah satu momen yang mengharukan adalah ketika Fathimah membersihkan debu dan kotoran dari tubuh ayahnya yang dilempari oleh orang-orang Quraisy.
Fatimah ialah ibu dari Hasan dan Husain, cucu-cucu kesayangan Rasulullah SAW yang disebut sebagai pemimpin pemuda surga. Nabi SAW bersabda:
"Hasan dan Husain adalah pemimpin pemuda surga." (HR. Tirmidzi).
Meskipun beliau adalah putri Nabi Muhammad SAW, Fathimah menjalani kehidupan yang sangat sederhana. Dalam rumah tangganya bersama Ali bin Abi Thalib, Fathimah kerap melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri tanpa mengeluh. Kesederhanaannya mencerminkan sikap zuhud, yaitu tidak terikat pada dunia, dan menjadi teladan bagi umat Islam tentang pentingnya hidup sederhana meskipun memiliki kedudukan tinggi.
Fathimah diberikan gelar "Az-Zahra," yang berarti "yang bersinar," karena kebaikan, kesucian, dan ketakwaannya yang luar biasa. Beliau juga dijuluki "Ummu Abiha," yang berarti "ibu bagi ayahnya," karena kasih sayang dan perhatian yang besar yang beliau tunjukkan kepada Rasulullah SAW. Fathimah selalu menjadi penopang moral bagi ayahnya, terutama saat beliau menghadapi tekanan besar dalam menyebarkan Islam.