JAKARTA - Dalam ajaran Islam, anjing sering kali dipandang dari berbagai perspektif, baik dalam aspek hukum fiqih maupun akhlak. Namun, di balik itu, hewan ini memiliki sifat-sifat mulia yang seharusnya menjadi teladan bagi manusia. Syekh Nawawi, sebagaimana dikutip dari laman Tebuireng, mengungkapkan sepuluh sifat terpuji anjing yang mencerminkan nilai-nilai ketakwaan, kesederhanaan, dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan.
Anjing tidak pernah benar-benar merasa kenyang. Ini mencerminkan sifat orang-orang shalih yang selalu berjuang dan tidak terbuai dalam kemewahan dunia. Mereka terus berusaha meningkatkan ibadah dan memperbaiki diri tanpa merasa cukup.
Anjing hanya tidur sebentar di malam hari, mirip dengan kebiasaan orang yang mendirikan shalat tahajud. Ini menunjukkan keteguhan dalam beribadah meskipun di tengah kelelahan.
Anjing tetap setia kepada tuannya, bahkan jika telah diusir berkali-kali. Kesetiaan ini mencerminkan keteguhan iman, di mana seorang mukmin tetap berpegang teguh pada keyakinannya meskipun menghadapi berbagai ujian.
Saat mati, anjing tidak meninggalkan harta atau warisan. Ini adalah bentuk sifat zuhud, yaitu menjauhi kecintaan terhadap dunia dan lebih fokus pada kehidupan akhirat.
Anjing tidak memilih tempat tinggal yang mewah, melainkan menerima apa adanya. Ini mencerminkan sifat orang yang ridha dengan ketetapan Allah, tanpa keluhan atau ketidakpuasan.
Anjing akan memperhatikan setiap orang yang ditemuinya, berharap mendapatkan makanan. Ini adalah simbol dari kesabaran orang-orang miskin yang tetap tegar dan tidak berlebihan dalam meminta.
Jika dilempari atau diusir, anjing tidak menyimpan kebencian. Ini mencerminkan akhlak mulia yang mengajarkan untuk tidak membalas keburukan dengan keburukan.
Jika tempatnya direbut oleh anjing lain, ia akan pergi tanpa perlawanan. Ini adalah cerminan dari sikap orang bijak yang lebih memilih perdamaian daripada pertikaian.
Anjing menerima makanan apa pun yang diberikan kepadanya tanpa mengeluh atau menuntut lebih. Ini adalah wujud dari sifat qanaah, yaitu menerima dengan ikhlas apa yang telah Allah tetapkan.
Saat berpindah tempat, anjing tidak membawa bekal, melainkan percaya bahwa rezekinya akan datang. Ini mencerminkan sifat tawakal, yakni keyakinan penuh bahwa Allah akan mencukupi kebutuhan setiap makhluk-Nya.
Sepuluh sifat ini menjadi pengingat bahwa makhluk Allah yang sering dianggap rendah pun memiliki nilai-nilai akhlak yang tinggi. Sebagaimana disampaikan oleh Syekh Nawawi, sifat-sifat ini seharusnya menjadi teladan bagi siapa pun yang ingin mencapai derajat keimanan yang lebih tinggi. Tidak ada alasan untuk merasa lebih baik atau sombong dibandingkan makhluk lain, karena hanya Allah yang berhak atas segala kesombongan. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kehidupan anjing dan menerapkannya dalam keseharian kita. Wallahu a’lam.