JAKARTA - Hamas telah merekrut pejuang baru hampir sama banyaknya dengan jumlah yang hilang dalam perang skala penuh selama 16 bulan dengan Israel, kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Diplomat tertinggi Washington menyampaikan pernyataan tersebut dalam pidatonya pada hari Selasa (14/1/2025) saat ia menegaskan kembali sikap pemerintahan Joe Biden bahwa Hamas tidak dapat dikalahkan oleh “kampanye militer saja”.
Komentar tersebut muncul di tengah harapan bahwa kesepakatan gencatan senjata sudah dekat. Namun, rencana untuk periode pascakonflik masih belum jelas di tengah ambisi yang kompleks dan saling bertentangan.
"Tanpa alternatif yang jelas, rencana pascakonflik, dan cakrawala politik yang kredibel bagi Palestina, Hamas, atau sesuatu yang sama menjijikkan dan berbahayanya, akan tumbuh kembali," kata Antony Blinken kepada lembaga pemikir Atlantic Council.
"Itulah yang terjadi di Gaza utara sejak 7 Oktober. Setiap kali Israel menyelesaikan operasi militernya dan mundur, militan Hamas berkumpul kembali dan bangkit karena tidak ada lagi yang bisa mengisi kekosongan. Itu adalah resep untuk pemberontakan yang tak kunjung berakhir dan perang yang tak berkesudahan."
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berulang kali mengatakan bahwa “kemenangan total” atas Hamas dan penghancuran kelompok bersenjata tersebut merupakan tujuan utama perang negaranya di Gaza.
Akan tetapi, para analis dan bahkan pejabat militer dan politisi Israel mempertanyakan kemungkinan tercapainya tujuan itu.
Bulan lalu, Yair Golan, mantan anggota parlemen dan ketua Demokrat Israel saat ini, mengatakan perang harus diakhiri “dengan penyelesaian politik”.
Kesedihan pascakonflik
Berbicara mengenai negosiasi yang sedang berlangsung, Antony Blinken mengatakan “Saya yakin kita akan mencapai gencatan senjata”.
Pada hari Selasa, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari mengatakan negosiasi untuk mengakhiri konflik berada pada tahap akhir, sembari memperingatkan agar tidak menaruh ekspektasi terlalu tinggi hingga ada pengumuman resmi.
Kesepakatan gencatan senjata yang sedang dibahas diyakini mencakup tiga tahap, yang melibatkan penghentian permusuhan dan pertukaran tawanan Israel dan tahanan Palestina.
Tahap akhir dipahami mencakup diskusi seputar pemerintahan alternatif bagi Hamas dan rencana untuk membangun kembali Gaza, yang telah hancur.
Namun, rencananya masih samar-samar. Palestina, negara-negara Arab, dan Israel masih perlu menyepakati visi untuk Gaza pascaperang.
Antony Blinken mengatakan Washington berpandangan bahwa Otoritas Palestina harus mengundang mitra internasional untuk “membantu membentuk dan menjalankan pemerintahan sementara untuk wilayah kantong tersebut”.
Sementara itu, Israel membutuhkan jaminan keamanan dan miliaran dolar perlu dicari untuk pembangunan kembali.
Menteri Luar Negeri Norwegia Espen Barth Eide, saat berbicara pada hari Rabu di pertemuan tahunan Aliansi Global untuk Pelaksanaan Solusi Dua Negara untuk Konflik Israel-Palestina, mengatakan bahwa “gencatan senjata merupakan prasyarat untuk perdamaian, tetapi itu bukanlah perdamaian.”
"Kita perlu bergerak maju menuju solusi dua negara. Dan karena salah satu dari dua negara itu ada, yaitu Israel, kita perlu membangun negara lainnya, yaitu Palestina," ungkapnya. (*)