JAKARTA - Istilah "remaja jompo" sering digunakan sebagai lelucon untuk menggambarkan generasi muda yang merasa lelah, tidak bertenaga, atau mengalami keluhan fisik yang biasanya ditujukan untuk orang yang lebih tua. Meski terdengar seperti lelucon, istilah ini merujuk pada masalah yang semakin sering terjadi di kalangan anak muda akibat gaya hidup yang tidak sehat, stres, dan kurangnya aktivitas fisik.
Remaja jompo bukan hanya tentang usia biologis, melainkan tentang kondisi tubuh dan kebiasaan hidup yang kurang optimal. Gejala yang sering dikaitkan dengan kondisi ini meliputi rasa lelah yang berkepanjangan, nyeri sendi, kurangnya stamina, dan kesulitan dalam melakukan aktivitas harian. Kondisi ini sering kali tidak disebabkan oleh faktor medis serius, tetapi lebih kepada gaya hidup yang tidak seimbang.
Beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap fenomena ini meliputi:
Fenomena remaja jompo tidak hanya memengaruhi fisik tetapi juga mental. Rasa lelah yang terus-menerus dapat menurunkan produktivitas, memengaruhi suasana hati, dan memperburuk kemampuan untuk fokus. Selain itu, keluhan fisik seperti nyeri sendi atau otot dapat mengganggu aktivitas harian dan mengurangi kualitas hidup. Dalam jangka panjang, gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, atau obesitas.
Untuk mengatasi masalah ini, berikut beberapa langkah yang dapat diambil: