GAZA - Kesepakatan gencatan senjata yang rumit antara Israel dan kelompok militan Hamas, yang menguasai Gaza, dicapai pada hari Rabu setelah berbulan-bulan mediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS.
Kesepakatan tersebut menguraikan gencatan senjata awal selama enam minggu dengan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Jalur Gaza, tempat puluhan ribu orang telah terbunuh.
Para sandera yang ditawan oleh Hamas akan dibebaskan sebagai ganti tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.
Pada konferensi pers di Doha, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan gencatan senjata akan berlaku pada hari Minggu.
Para negosiator bekerja sama dengan Israel dan Hamas untuk mengambil langkah-langkah guna mengimplementasikan perjanjian tersebut, katanya.
Negosiasi untuk melaksanakan tahap kedua kesepakatan akan dimulai pada hari ke-16 tahap pertama. Tahap ini diharapkan mencakup pembebasan semua sandera yang tersisa, gencatan senjata permanen, dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Tahap ketiga adalah menangani pengembalian semua jenazah yang tersisa dan dimulainya rekonstruksi Gaza yang diawasi oleh Mesir, Qatar, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Jika semuanya berjalan lancar, Palestina, negara-negara Arab, dan Israel masih harus menyetujui visi untuk Gaza pascaperang, termasuk pertanyaan yang belum terjawab tentang siapa yang akan memimpin Gaza setelah perang.
Pasukan Israel menyerbu Gaza setelah orang-orang bersenjata yang dipimpin Hamas menyerbu komunitas daerah perbatasan Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 tentara dan warga sipil serta menculik lebih dari 250 sandera, menurut penghitungan Israel.