JAKARTA - Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menyoroti risiko ketahanan pangan dan stabilitas ekonomi akibat larangan impor empat bahan pangan pada 2025.
Tahun ini pemerintah melarang impor empat bahan pangan strategis, yakni beras, jagung, gula, dan garam.
"Jika larangan impor diterapkan di tahun 2025 akan sangat berisiko bagi ketahanan pangan kita, karena permasalahan kita sifatnya struktural, sehingga perlu waktu lama untuk memperbaiki," kata Wijayanto, di Jakarta, Jumat (17/1/2025).
Ia menjelaskan, selama ini Indonesia bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan empat komoditas tersebut.
Pada tahun-tahun sebelumnya, volume impor beras, jagung, gula, dan garam cukup besar.
Apabila keputusan pelarangan impor diambil tanpa persiapan matang, kebijakan ini justru akan menciptakan distorsi signifikan pada sektor industri yang saat ini tengah berjuang bangkit.
Salah satu dampak yang disorot Wijayanto adalah kesulitan yang akan dialami oleh peternak.
"Para peternak akan kesulitan, karena selama ini menggantungkan jagung impor sebagai sumber pakan ternak, karena jagung domestik tidak memadai," ujarnya.
Selain itu, larangan impor terhadap beras juga diperkirakan bakal memicu lonjakan harga beras domestik, sementara harga beras dunia saat ini justru sedang menurun.
Kondisi ini, menurut Wijayanto, akan semakin membebani masyarakat ekonomi bawah, termasuk petani yang mayoritas sebenarnya adalah konsumen neto beras.
"Rakyat ekonomi bawah akan makin kesulitan, termasuk para petani yang mayoritas sebenarnya adalah net consumer beras," katanya.
Oleh karena itu, Wijayanto berharap pemerintah mempertimbangkan kembali kebijakan larangan impor tersebut.
Adapun saat ditemui di Tanwir 1 Aisyiyah, Jakarta, Kamis (16/1/2025), Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan atau yang akrab disapa Zulhas menyatakan bahwa larangan impor ini merupakan komitmen Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai swasembada pangan.
Ia menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri.
"Tahun ini sudah melarang impor beras, melarang impor jagung, melarang impor gula, dan melarang impor garam, sebagai komoditas pangan yang penting," ujar Zulhas.