JAKARTA - Rasa kantuk setelah makan merupakan fenomena umum yang dialami banyak orang. Kondisi ini sering disebut postprandial somnolence, yaitu rasa lelah dan kantuk yang muncul setelah makan, terutama setelah mengonsumsi makanan dalam porsi besar atau tertentu. Meskipun terasa mengganggu, rasa kantuk ini merupakan respons alami tubuh yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Berikut ini alasan mengenai penyebab rasa kantuk setelah makan:
Setelah makanan masuk ke dalam tubuh, sistem pencernaan bekerja untuk memecahnya menjadi nutrisi yang dapat diserap. Proses ini memerlukan aliran darah yang lebih besar ke saluran pencernaan untuk membantu penyerapan nutrisi. Akibatnya, aliran darah ke otak sedikit berkurang, yang dapat menyebabkan rasa kantuk. Ini adalah mekanisme alami tubuh untuk memastikan sistem pencernaan bekerja secara optimal.
Makanan yang kaya karbohidrat dan protein sering kali dikaitkan dengan rasa kantuk setelah makan. Karbohidrat meningkatkan produksi serotonin, neurotransmiter yang membuat tubuh merasa rileks dan mengantuk. Sementara itu, protein, terutama yang mengandung asam amino triptofan (ditemukan dalam makanan seperti ayam, kalkun, susu, dan kacang-kacangan), juga berkontribusi pada produksi serotonin. Kombinasi karbohidrat dan protein ini dapat mempercepat munculnya rasa kantuk.
Setelah makan, kadar gula darah biasanya meningkat karena tubuh menyerap glukosa dari makanan. Namun, peningkatan ini diikuti dengan penurunan kadar gula darah yang cepat akibat pelepasan insulin. Fluktuasi kadar gula darah ini dapat memengaruhi tingkat energi tubuh, membuat seseorang merasa lelah dan mengantuk.
Hormon juga berperan dalam rasa kantuk setelah makan. Insulin, yang dilepaskan untuk membantu menyerap glukosa, merangsang asam amino triptofan untuk masuk ke otak. Di otak, triptofan diubah menjadi serotonin, yang kemudian diubah lagi menjadi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur. Peningkatan melatonin setelah makan dapat membuat tubuh merasa lebih rileks dan mengantuk.
Pola makan yang tidak teratur, seperti makan dalam porsi besar sekaligus atau mengonsumsi makanan berat sebelum tidur, dapat meningkatkan risiko rasa kantuk setelah makan. Selain itu, makan siang yang berat saat tubuh sedang berada dalam ritme biologis siang hari (di mana energi cenderung menurun) juga dapat memperkuat rasa kantuk. Hal ini sering disebut sebagai "food coma" atau "kelesuan makanan".
Setelah makan, kebiasaan langsung duduk atau tidak aktif juga dapat memperparah rasa kantuk. Aktivitas fisik ringan setelah makan, seperti berjalan kaki, dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah tubuh terlalu rileks, yang sering memicu rasa kantuk.
Untuk mengurangi rasa kantuk setelah makan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan: