• Gaya Hidup

Apa Itu Puber Kedua dan Ciri-cirinya?

M. Habib Saifullah | Minggu, 19/01/2025 15:45 WIB
Apa Itu Puber Kedua dan Ciri-cirinya? Ilustrasi - Puber kedua (foto: lifestyle)

JAKARTA - Istilah puber kedua sering digunakan untuk menggambarkan fase dalam kehidupan manusia yang terjadi setelah masa pubertas pertama. Meskipun istilah ini bukan terminologi medis, fenomena ini cukup sering dibicarakan dalam konteks perubahan psikologis, emosional, atau bahkan fisik yang terjadi pada seseorang, biasanya di usia paruh baya. 

Secara umum, puber kedua merujuk pada fase dalam kehidupan seseorang di mana mereka mengalami perubahan atau krisis identitas yang mirip dengan masa pubertas pertama, tetapi terjadi di usia dewasa. Fenomena ini sering kali dialami pada usia 30-an hingga 50-an, tergantung pada individu. Pada fase ini, seseorang mungkin merasa ingin mengeksplorasi kembali dirinya, mencari kebebasan baru, atau bahkan merasakan gejolak emosional yang signifikan.

Puber kedua biasanya dipicu oleh kombinasi faktor fisik, emosional, dan sosial. Beberapa penyebabnya meliputi:

  • Perubahan hormonal: Pada pria, puber kedua dapat terkait dengan penurunan kadar testosteron yang terjadi secara bertahap seiring bertambahnya usia. Pada wanita, perubahan ini sering dikaitkan dengan menopause atau perimenopause.
  • Krisis paruh baya: Banyak orang mengalami refleksi diri yang mendalam tentang kehidupan mereka saat memasuki usia paruh baya, sering kali memicu perubahan besar dalam cara pandang atau perilaku mereka.
  • Faktor psikologis: Rasa bosan, tidak puas, atau keinginan untuk kembali merasakan semangat muda juga bisa menjadi pemicu.
  • Perubahan dalam tanggung jawab keluarga: Misalnya, saat anak-anak mulai mandiri atau ketika seseorang menghadapi tantangan baru dalam kehidupan pernikahan.

Tanda-tanda puber kedua bisa bervariasi pada setiap individu, tetapi beberapa ciri umumnya adalah:

  • Keinginan untuk melakukan perubahan besar: Seperti mengganti karier, hobi, atau bahkan penampilan.
  • Rasa ingin kembali muda: Ini bisa terlihat dari cara berpakaian, gaya hidup, atau ketertarikan terhadap aktivitas yang lebih energik.
  • Gejolak emosional: Seseorang mungkin menjadi lebih sensitif, merasa cemas, atau bahkan mengalami perubahan suasana hati yang tajam.
  • Keinginan untuk menarik perhatian lawan jenis: Dalam beberapa kasus, puber kedua dikaitkan dengan peningkatan minat terhadap hubungan romantis baru.

Puber kedua bisa membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya meliputi peningkatan rasa percaya diri, motivasi untuk mencapai tujuan baru, dan menemukan kembali kebahagiaan. Namun, ada pula risiko dampak negatif, seperti:

  • Ketidakseimbangan hubungan: Keinginan untuk mengejar hal baru kadang membuat seseorang mengabaikan pasangan atau keluarga.
  • Krisis identitas: Jika tidak ditangani dengan baik, seseorang bisa merasa terjebak antara keinginan untuk berubah dan tanggung jawab yang ada.
  • Pengambilan keputusan impulsif: Seperti meninggalkan pekerjaan stabil atau hubungan yang sehat demi mengejar sesuatu yang bersifat sementara.

Selain itu, puber kedua sering kali disamakan dengan krisis paruh baya, tetapi keduanya tidak sepenuhnya sama. Krisis paruh baya biasanya lebih berfokus pada refleksi terhadap pencapaian hidup, sedangkan puber kedua lebih berkaitan dengan dorongan emosional dan keinginan untuk merasa muda kembali. Meski demikian, kedua fenomena ini sering terjadi bersamaan, terutama pada usia paruh baya.