JAKARTA - Istilah puber kedua sering digunakan untuk menggambarkan fase dalam kehidupan manusia yang terjadi setelah masa pubertas pertama. Meskipun istilah ini bukan terminologi medis, fenomena ini cukup sering dibicarakan dalam konteks perubahan psikologis, emosional, atau bahkan fisik yang terjadi pada seseorang, biasanya di usia paruh baya.
Secara umum, puber kedua merujuk pada fase dalam kehidupan seseorang di mana mereka mengalami perubahan atau krisis identitas yang mirip dengan masa pubertas pertama, tetapi terjadi di usia dewasa. Fenomena ini sering kali dialami pada usia 30-an hingga 50-an, tergantung pada individu. Pada fase ini, seseorang mungkin merasa ingin mengeksplorasi kembali dirinya, mencari kebebasan baru, atau bahkan merasakan gejolak emosional yang signifikan.
Puber kedua biasanya dipicu oleh kombinasi faktor fisik, emosional, dan sosial. Beberapa penyebabnya meliputi:
Tanda-tanda puber kedua bisa bervariasi pada setiap individu, tetapi beberapa ciri umumnya adalah:
Puber kedua bisa membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya meliputi peningkatan rasa percaya diri, motivasi untuk mencapai tujuan baru, dan menemukan kembali kebahagiaan. Namun, ada pula risiko dampak negatif, seperti:
Selain itu, puber kedua sering kali disamakan dengan krisis paruh baya, tetapi keduanya tidak sepenuhnya sama. Krisis paruh baya biasanya lebih berfokus pada refleksi terhadap pencapaian hidup, sedangkan puber kedua lebih berkaitan dengan dorongan emosional dan keinginan untuk merasa muda kembali. Meski demikian, kedua fenomena ini sering terjadi bersamaan, terutama pada usia paruh baya.