Sosok Satryo Saoemantri, Menteri yang Didemo Pegawainya Sendiri

M. Habib Saifullah | Senin, 20/01/2025 22:22 WIB
Sosok Satryo Saoemantri, Menteri yang Didemo Pegawainya Sendiri Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro (Foto: Kemendiktisaintek)

JAKARTA - Menteri didemo rakyat sudah menjadi hal umum, namun menteri didemo pegawainya baru tidak biasa. Kejadian seperti ini langka terjadi dalam sejarah pemerintahan Indonesia, namun itulah yang terjadi di era kepemimpinan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro.

Baru genap 100 hari kepemimpinan Satryo, sudah ada saja kabar miring yang menerpanya. Seperti diketahui, sebanyak ratusan aparatur sipil negara (ASN) Kemendiktisaintek menggelar demo yang menuntut Mendiktisaintek era Kabinet Merah Putih ini atas dugaan arogansi yang dilakunnya.

Mulai dari dugaan pemecatan secara sepihak ASN olehnya sampai disebut pemarah yang berujung pada tindak kekerasan fisik dengan menampar pun ditujukan kepada Satryo Soemantri.

"Pak Presiden, selamatkan kami dari Menteri pemarah, suka main tampar, dan main pecat," tulis salah satu spanduk.

Namun di lain sisi, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemdiktisaintek Togar M. Simatupang menyatakan pemberhentian Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kemdiktisaintek tak dilakukan secara mendadak.

Hal ini diungkapkannya dalam merespon demo yang dilakukan oleh ASN Kemendiktisaintek yang dipicu oleh adanya pemberhentian secara mendadak kepada salah seorang pegawai Kemdiktisaintek bernama Neni Herlina.

"Tidak sejauh itu, dalam penataan ada tingkat layanan dan mutu yang harus dijamin oleh bagian atau individu. Ada perbedaan dan tentu aplikasi penghargaan dan pembinaan," sebagaimana dikutip ANTARA.

Sosok Satryo Soemantri Brodjonegoro

Diketahui, Satryo lahir pada 5 Januari 1956. Sebelum menduduki kursi Mendiktisaintek, Satryo dikenal sebagai akademisi dan birokrat yang telah lama berkecimpung di dunia pendidikan tinggi di Indonesia.

Satryo menyelesaikan pendidikan sarjananya di ITB sebelum melanjutkan studi ke Universitas California, Berkeley, di sana ia meraih gelar doktor di bidang teknik mesin pada tahun 1984.

Setelah kembali ke tanah air, ia kembali ke ITB dan diangkat menjadi Ketua Jurusan Teknik Mesin pada tahun 1992. Keahliannya di bidang teknik mesin membuatnya diundang menjadi profesor tamu di Universitas Teknologi Toyohashi, Jepang.

Sebagai putra Profesor Soemantri Brodjonegoro yang juga mantan Rektor Universitas Indonesia dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1973, Satryo besar di lingkungan akademis.

Kariernya di dunia akademik dimulai sejak tahun 1985 sebagai dosen di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), di mana ia mengabdikan diri hingga pensiun pada tahun 2009.

Selain itu, Satryo juga pernah dipercaya sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi di Kementerian Pendidikan Nasional dari tahun 1999 hingga 2007.

Satryo menikah dengan Silvia Ratnawati dikaruniai dua orang anak. Salah satu anaknya mengikuti jejak Satryo di dunia akademik dan diangkat sebagai guru besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada usia 42 tahun.