JAKARTA - Bepergian ke berbagai belahan dunia dan bahkan menembus atmosfer Bumi saat ini bukanlah hal yang mustahil berkat kemajuan teknologi dan transportasi. Namun, bagaimana jika kita berbicara tentang perjalanan menuju langit ketujuh? Sebuah perjalanan yang sulit diterima oleh akal manusia, namun nyata adanya dalam sejarah Islam.
Perjalanan luar biasa ini adalah Isra Mikraj, sebuah peristiwa monumental yang dialami oleh Rasulullah SAW, yang bahkan tercatat dalam beberapa ayat Al-Qur`an dan tafsirnya.
Mengutip berbagai sumber, Isra Mikraj adalah dua peristiwa besar yang terjadi pada satu malam. Pertama, Isra, yang menggambarkan perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina. Kemudian, Mikraj, di mana Rasulullah SAW diangkat ke langit, hingga mencapai Sidratul Muntaha, tempat tertinggi yang dapat dijangkau oleh makhluk. Kejadian ini bukan hanya tercatat dalam hadis sahih, tetapi juga dalam ayat-ayat Al-Qur`an.
Surah Al-Isra Ayat 1
"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Isra: 1)
Tafsir dari ayat ini mengungkapkan bahwa Allah memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada Rasulullah SAW melalui perjalanan yang luar biasa ini. Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Waji seperti dikutip dari situs Tafsirweb, menegaskan bahwa peristiwa ini terjadi sebelum hijrah, menghubungkan Makkah dan Palestina yang penuh berkah.
Surah Al-Isra Ayat 60
"Dan ketika Kami berfirman kepadamu, `Sesungguhnya Tuhanmu meliputi seluruh manusia.` Kami tidak menjadikan penglihatan yang Kami perlihatkan kepadamu sebagai ujian bagi manusia..." (QS. Al-Isra: 60)
Ayat ini menunjukkan bahwa penglihatan Rasulullah selama Isra Mikraj bukan hanya sebagai pengalaman pribadi, tetapi juga ujian bagi umat manusia, apakah mereka percaya atau tidak terhadap peristiwa luar biasa ini. Ini adalah bentuk pembenaran bagi Rasulullah SAW yang ditentang oleh kaum kafir Quraisy.
Surah An-Najm Ayat 13-18
"Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril dalam rupanya yang asli pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha, dekatnya ada surga tempat tinggal..." (QS. An-Najm: 13-18)
Dalam surah ini, peristiwa Mikraj Rasulullah SAW dijelaskan lebih detail, di mana beliau menyaksikan Sidratul Muntaha, pohon besar di langit yang diliputi oleh sesuatu yang luar biasa. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW tidak hanya melihat Jibril dalam bentuk asli, tetapi juga sebagian besar dari tanda-tanda kebesaran Allah yang paling agung.
Perjalanan Isra Mikraj bukan sekadar peristiwa fisik yang melibatkan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga membawa makna spiritual yang dalam. Sebagai contoh, dalam tafsir dari Kementerian Agama Republik Indonesia, seperti dikutip laman Tafsirweb, penglihatan Nabi Muhammad selama Isra Mikraj dipandang sebagai ujian bagi umat manusia. Bagi orang yang beriman, peristiwa ini adalah bukti kekuasaan Allah yang Maha Besar. Sebaliknya, bagi yang mengingkari, itu adalah semakin menambah kedurhakaan atau ketidkpercayaan mereka.
Mikraj ke Sidratul Muntaha, tempat tertinggi dalam langit, mengisyaratkan kedudukan Nabi Muhammad SAW yang sangat tinggi di sisi Allah. Jibril sendiri tidak dapat melanjutkan perjalanan lebih jauh dari Sidratul Muntaha, menunjukkan bahwa hanya Rasulullah SAW yang dapat mencapai tempat tersebut.