Siapakah Orang Pertama yang Percaya Isra Mikraj Rasulullah? Ini Penjelasannya

Agus Mughni Muttaqin | Senin, 27/01/2025 22:10 WIB
Siapakah Orang Pertama yang Percaya Isra Mikraj Rasulullah? Ini Penjelasannya Ilustrasi - Masjid (Foto: Pexels/Zeki Okur)

JAKARTA - Bepergian ke berbagai belahan dunia dan bahkan menembus atmosfer bumi saat ini bukanlah hal mustahil. Perkembangan teknologi telah memungkinkan manusia menjelajahi ruang angkasa hingga batas-batas tak terbayangkan. Namun, bagaimana jika ada perjalanan yang melampaui tujuh lapis langit dalam waktu hanya satu malam? Terlihat mustahil, tetapi hal ini benar-benar terjadi pada Rasulullah Muhammad SAW dalam peristiwa yang dikenal sebagai Isra Mikraj.

Isra Mikraj adalah perjalanan suci Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, kemudian dilanjutkan menuju Sidratul Muntaha, tempat tertinggi di langit ketujuh. Kejadian ini diabadikan dalam beberapa ayat Al-Qur’an, seperti dalam surah Al-Isra ayat 1 dan 60, serta hadis-hadis sahih. Peristiwa ini tak hanya menjadi salah satu mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW, tetapi juga ujian keimanan yang membedakan siapa yang percaya dan siapa yang meragukan.

Namun, siapa yang pertama kali percaya pada peristiwa luar biasa ini? Simak penjelasan berikut ini.

Penolakan Kaum Quraisy dan Keteguhan Abu Bakar as-Siddiq

Saat Rasulullah menceritakan peristiwa Isra Mikraj kepada kaum Quraisy, banyak di antara mereka menolak mentah-mentah. Mereka menganggap perjalanan dari Makkah ke Palestina, yang saat itu membutuhkan waktu sebulan, mustahil ditempuh dalam semalam. Bahkan, sebagian pengikut Nabi yang sebelumnya beriman akhirnya murtad karena tidak bisa menerima kenyataan ini.

Dalam situasi genting itu, Sayyidina Abu Bakar muncul sebagai pendukung utama. Ketika orang-orang Quraisy mengejek dan mendustakan Nabi, Abu Bakar dengan tegas membantah mereka. Setelah mendengar penjelasan langsung dari Rasulullah tentang apa yang dilihat dan dialaminya selama perjalanan, termasuk deskripsi detail Masjidil Aqsa yang pernah dikunjungi Abu Bakar, ia langsung menyatakan keyakinannya tanpa ragu.

“Jika Muhammad yang mengatakannya, maka aku percaya,” ujar Abu Bakar dengan penuh keyakinan, seperti dikutip dari NU Online. Karena pembelaannya yang tulus dan teguh, Rasulullah memberinya gelar as-Siddiq, yang berarti “yang berkata benar” atau “yang sangat membenarkan.”

Ujian Keimanan yang Tercatat dalam Al-Qur’an

Penolakan terhadap peristiwa Isra Mikraj sebenarnya telah disinggung dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam surah Al-Isra ayat 60:

وَإِذْ قُلْنَا لَكَ إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِالنَّاسِۚ وَمَا جَعَلْنَا ٱلرُّءْيَا ٱلَّتِىٓ أَرَيْنَـٰكَ إِلَّا فِتْنَةًۢ لِّلنَّاسِ وَٱلشَّجَرَةَ ٱلْمَلْعُونَةَ فِى ٱلْقُرْءَانِۚ وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا طُغْيَـٰنًا كَبِيرًا

Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu, sesungguhnya Tuhanmu meliputi segala manusia. Dan Kami tidak menjadikan mimpi (penglihatan) yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia, dan (begitu pula) pohon yang terkutuk dalam Al-Qur’an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanya menambah besar kedurhakaan mereka."

Dalam Tafsir Kementerian Agama RI, seperti dikutip dari Tafsirweb, ayat ini mengingatkan Rasulullah untuk tetap tegar menghadapi penolakan kaum kafir. Penglihatan yang ditunjukkan kepada Nabi, termasuk Isra Mikraj, adalah ujian bagi manusia, agar tampak siapa yang beriman dan siapa yang kufur.

Iman di Atas Logika

Sebagai seorang sahabat Nabi yang memiliki iman luar biasa, Abu Bakar memahami bahwa peristiwa Isra Mikraj tidak bisa dijelaskan dengan pendekatan logika atau sains. Seperti yang diungkapkan oleh M. Quraish Shihab dalam Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW (2018), Isra Mikraj adalah peristiwa transendental yang hanya bisa dipahami melalui pendekatan iman.

Hal ini sekaligus menjadi pengingat bagi umat Islam bahwa perjalanan luar biasa Nabi Muhammad membawa satu amanah besar: shalat, yang menjadi kewajiban umat Islam hingga akhir zaman. Shalat adalah bentuk komunikasi langsung antara manusia dan Allah, sekaligus amalan pertama yang akan dihisab pada hari kiamat.

Hikmah dari Kisah Abu Bakar as-Siddiq

Keteguhan Abu Bakar as-Siddiq dalam membenarkan peristiwa Isra Mikraj memberikan pelajaran penting tentang keyakinan. Di tengah ejekan, penolakan, dan godaan duniawi, iman kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi kekuatan utama seorang Muslim.

Semoga dari peringatan Isra Mikraj, kita bisa meningkatkan iman, memaknai pentingnya shalat, dan meneladani kejujuran serta keyakinan Abu Bakar as-Siddiq, sosok yang dengan tegas membela kebenaran meski seluruh dunia meragukannya.