• Oase

Mengenal Istilah Tuntutlah Ilmu Walau Sampai ke China

Agus Mughni Muttaqin | Kamis, 30/01/2025 23:40 WIB
Mengenal Istilah Tuntutlah Ilmu Walau Sampai ke China Ilustrasi mencari ilmu ke China (Foto: Pexels/Sabel Blanco)

JAKARTA - Salah satu pepatah yang paling sering dikutip dalam dunia Islam adalah, "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China." Hadis ini kerap menjadi bahan ceramah dan khutbah, menginspirasi banyak orang untuk tidak pernah lelah dalam menimba ilmu.

Asal Usul Hadis: Sahih atau Lemah?

Mengutip Tebuireng, hadis ini dikatakan berasal dari Anas bin Malik RA dan muncul dalam beberapa karya klasik seperti Al-Kamil oleh Ibnu ‘Addi, Akhbar Ashbihan oleh Abu Nu‘aim, Tarikh Baghdadh oleh Al-Khathib, Al-Madkhal oleh Al-Baihaqi, serta Al-Jami‘ oleh Ibnu Abdil Barr. Bunyi hadisnya adalah:

أُطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ فِي الصِّينِ

Artinya: "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China."

Namun, mayoritas ulama menilai hadis ini sebagai dhaif (lemah) atau bahkan maudhu‘ (palsu). Imam ‘Ajluni dalam Kasyfu al-Khafa wa Mazilu al-Ilbas menyatakan bahwa meskipun hadis ini populer, sanadnya lemah. Pendapat serupa disampaikan oleh Ibnu Hibban dan Ibnul Jauzi, yang menggolongkannya sebagai hadis palsu.

Islam dan China: Hubungan Sejarah yang Nyata

Meski hadis ini dipertanyakan keasliannya, fakta sejarah menunjukkan adanya hubungan erat antara dunia Islam dan China sejak lama. Pada masa Nabi Muhammad SAW, perdagangan antara Arab dan China telah berkembang melalui Jalur Sutra. Bahkan, beberapa sahabat dikabarkan pernah menetap di China.

Dalam catatan sejarah, terdapat makam seorang sahabat Nabi di Quanzhou, China, bertanggal 622 M, yang menunjukkan jejak Islam di negeri tersebut. Selain itu, mengutip Kompas.com, pada era Dinasti Tang (618–906 M), pedagang dan utusan Arab sering berkunjung ke China. Masjid Huaisheng di Guangzhou, yang diperkirakan dibangun pada abad ke-7, menjadi salah satu bukti fisik dari jejak Islam di sana.

Cendekiawan Muslim Indonesia, Quraish Shihab, dalam sebuah wawancara yang diunggah di kanal Najwa Shihab, menyebutkan bahwa hubungan Islam dan China memang telah berlangsung lama. Beliau juga menegaskan bahwa hadis “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China” tidak sahih menurut mayoritas ulama. Namun, ia menambahkan bahwa pesan yang terkandung dalam hadis ini tetap relevan.

Terlepas dari keabsahan sanadnya, hadis ini memiliki makna yang kuat: pencarian ilmu tidak boleh dibatasi oleh jarak, waktu, atau tempat. Dalam konteks modern, “negeri China” dapat dimaknai sebagai simbol semangat untuk menuntut ilmu hingga ke pelosok dunia.

Di era digital saat ini, pesan ini semakin relevan. Internet telah membuka akses luas terhadap ilmu pengetahuan dari berbagai belahan dunia, termasuk China, tanpa perlu melakukan perjalanan fisik. Teknologi memungkinkan seseorang belajar dari mana saja, baik melalui kursus daring, literatur digital, maupun pergaulan global.