JAKARTA - Kiah Duggins sedang kembali dari mengunjungi ibunya, yang sedang menjalani operasi di Kansas, ketika pengacara hak-hak sipil itu tewas dalam kecelakaan pesawat di Washington DC minggu ini.
Dikutip dari People, Annie Montgomery, seorang teman lama keluarga Kiah Duggins dan pendeta asosiasi di Tabernacle Bible Church di Wichita, mengatakan bahwa lulusan Sekolah Hukum Harvard berusia 30 tahun itu "sangat mencintai keluarganya."
"Dia ada untuk mereka. Dan itulah alasannya dia ada di kota ini akhir pekan ini, menjenguk ibunya," kata Montgomery (74).
Montgomery telah mengenal Kiah Duggins sejak sekitar tahun 2013, dan mengingatnya sebagai sosok yang “cantik” luar dan dalam.
"Dan saya tahu kita sering menggunakan kata itu, tetapi saya sungguh-sungguh bersungguh-sungguh dari hati ketika mengatakan dia cantik di dalam dan luar. Dan saya pikir dia sangat cantik di luar karena kecantikannya berasal dari dalam," kata Montgomery tentang pemenang kedua kontes kecantikan Miss Butler County.
Montgomery menambahkan, "Ia memiliki kepribadian yang luar biasa. Sangat cerdas, seperti yang ditunjukkan oleh catatan, sejak sekolah menengah hingga meraih gelar sarjana hukum di Harvard."
Kiah Duggins adalah “seorang wanita muda yang sangat penyayang,” kata Montgomery.
"Ia peduli dengan orang lain, terutama mereka yang terpinggirkan dan tidak memiliki sumber daya untuk menikmati hidup seperti banyak orang lainnya. Jadi, pekerjaan impiannya adalah menjadi pengacara hak sipil," ungkapnya.
Montgomery dengan bangga mengingat banyak hal “menakjubkan” yang berhasil dicapai Kiah Duggins dalam waktu yang singkat, seraya menambahkan bahwa dia “adalah pekerja magang dengan Ibu Negara Michelle Obama.”
Dia memegang posisi tersebut pada tahun 2016 untuk inisiatif Let Girls Learn, menurut Wichita Eagle.
Kiah Duggins “akan memulai kariernya sebagai profesor madya di Universitas Howard musim gugur mendatang," ungkap Montgomery.
Ketika Kiah Duggins tidak sibuk menghabiskan waktu bersama keluarga atau membela orang lain, dia senang bepergian.
“Saya yakin dia sudah pernah ke seluruh dunia, tempat-tempat yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh saya untuk dikunjungi,” kata teman keluarga tersebut.
Mengenai ibu Kiah Duggins, Montgomery mengatakan bahwa dia "baik-baik saja seperti yang diharapkan."
Lebih lanjut tentang Kiah Duggins, cendekiawan itu memiliki masa depan yang cerah di depannya.
"Ya ampun, saya benar-benar berharap Kiah Duggins, ini selalu menjadi bahan candaan di antara kami, saya berharap dia menjadi Presiden Amerika Serikat suatu hari nanti," Montgomery memberi tahu.
"Dia berada di jalur yang indah. Dan saya percaya Tuhan menggunakannya dengan cara yang luar biasa. Dan dia baru berusia 30 tahun."
Teman lainnya, mantan Komisaris Sedgwick County Lacey Cruse, menulis di Facebook bahwa kematian Kiah Duggins "sangat menyedihkan."
“Ia adalah sosok pemberani dan cantik, sosok yang bersinar dalam perjuangan hak-hak sipil," tulis Cruse. "Kehilangannya sangat memilukan, tidak hanya bagi keluarga dan teman-temannya, tetapi juga bagi semua orang yang percaya pada keadilan dan kesetaraan.”
Kiah Duggins adalah salah satu dari 60 penumpang dan empat awak pesawat American Airlines Penerbangan 5342, sebuah penerbangan yang dioperasikan PSA Airlines yang bertabrakan dengan helikopter Black Hawk pada hari Rabu (29/1/2025)sekitar pukul 9 malam.
"Kami tengah menghadapi kesedihan yang terkait dengan kehilangan anak pertama kami yang cantik dan berprestasi. Harap hormati privasi keluarga kami saat ini," kata ayahnya Maurice Duggins kepada KMUW.
Tabrakan itu terjadi di atas Sungai Potomac saat mendekati Bandara Nasional Ronald Reagan Washington. Tidak ada korban selamat yang dilaporkan. (*)