Katakini.com - Satu di antara banyak sosok yang getol membela hak-hak kaum minoritas dan mendorong kemajemukan ternyata berasal dari Jombang, Jawa Timur (Jatim). Gus Dur sapaannya.
KH. Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur merupakan sosok yang getol mendorong toleransi dan mendeklarasikan bahwa Indonesia milik seluruh elemen masyarakat Indonesia tanpa terkecuali, sampai ia dikenal sebagai Bapak Pluralisme Indonesia.
Patut diketahui, Gus Dur lahir pada 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur, dari keluarga pesantren terkemuka. Ia merupakan cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH. Hasyim Asy`ari, dan putra dari KH. Wahid Hasyim, seorang tokoh pergerakan Islam di Indonesia.
Pendidikan Gus Dur tidak hanya ditempuh di lingkungan pesantren, tetapi juga di luar negeri. Ia pernah belajar di Universitas Al-Azhar, Mesir, dan Universitas Baghdad, Irak. Pengalamannya di berbagai negara nampaknya memperkaya cara pandangnya tentang Islam yang inklusif, demokratis, dan penuh toleransi.
Sebagai seorang ulama, dan juga pada sesorang yang menduduki jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia (RI), Gus Dur berperan penting dalam membangun lingkungan yang aman bagi seluruh etnis yang ada di Indonesia.
Salah satu momentum yang menjadi catatan sejarah Indonesia ialah dengan menetapkan Imlek sebagai salah satu hari libur di Indonesia berlangsung pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, tepatnya pada 9 April 2001.
Konsep `melebur` inilah yang membawa Gus Dur yang dikenal sebagai Bapak Pluralisme Indonesia. Mengutip dari karya ilmiah bertajuk `Fikih Pluralisme dalam Perspektif Ulama NU` dalam Jurnal Asy-Syir’ah yang diterbitkan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menyebutkan bahawa konsep pluralisme Gus Dur setidaknya memiliki 3 dimensi yaitu dimensi pemikiran (mind), dimensi perilaku (attitude) dan dimensi tindakan (action).