• Oase

Filosofi Ruwahan, Tradisi di Bulan Syaban

M. Habib Saifullah | Jum'at, 07/02/2025 11:45 WIB
Filosofi Ruwahan, Tradisi di Bulan Syaban Ilustrasi - Tradisi Ruwahan (Foto: Pemerintah Kelurahan Caturharjo)

Katakini.com - Bulan Syaban menjadi bulan yang penuh keberkahan dan sering disebut sebagai bulan persiapan menuju buan suci Ramadan. Sepanjang bulan yang biasa dikenal bulan Nabi Muhammad SAW ini, ada berbagai tradisi unik, khsusunya di Indonesia.

Salah satu tradisi unik itu ialah Ruwahan. Sebagaimana dikutip dari buku Detektif Bahasa karya Rifan Bilaldi,  ruahan atau ruwahan merupakan tradisi yang berasal dari Jawa.

Kata Ruwahan secara etimologi berasal dari turunan kata ruwah yang berarti arwah. Tradisi ruwahan merupakan acara ritual sebagai sarana pengirim doa untuk arwah leluhur dan para pendahulu sebagai sarana permintaan pengampunan dosa para leluhur.

Sementara itu dalam buku `Budaya Makan Dalam Perspektif Kesehatan` menyebutkan bahwa Ruwahan merupakan hasil dari akulturasi budaya Jawa, Melayu Palembang, dan Islam. Ruwahan dinilai mampu menjadi media untuk mengiriman doa dan meningkatkan interaksi sosial masyarakat.

Tradisi ini pun telah diwariskan secara turun-temurun dan tetap lestari hingga kini, terutama di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Tradisi Ruwahan memiliki makna mendalam bagi masyarakat. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, tradisi ini juga mengajarkan nilai silaturahmi, gotong royong, serta kepedulian terhadap sesama.

Ruwahan biasanya diawali dengan ziarah kubur, di mana masyarakat membersihkan makam keluarga, menaburkan bunga, dan membaca doa serta ayat-ayat Al-Qur’an untuk para leluhur.

Selain itu, dalam banyak komunitas, acara ini juga diikuti dengan kenduri Ruwahan, yaitu doa bersama yang dilakukan di rumah, masjid, atau mushola.

Dalam kenduri ini, masyarakat membaca tahlil dan doa bersama, kemudian membagikan makanan yang disebut berkat kepada tetangga dan warga sekitar sebagai simbol kebersamaan dan keberkahan.

Di beberapa daerah, Ruwahan juga identik dengan tradisi apeman, yaitu membuat dan membagikan kue apem sebagai simbol penyucian diri sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Kue ini melambangkan permohonan maaf serta harapan untuk mendapat keberkahan di bulan suci. Selain itu, sebagian masyarakat juga melakukan sedekah Ruwahan, yaitu membagikan makanan atau bantuan kepada fakir miskin dan anak yatim sebagai bentuk kepedulian sosial.

Dalam beberapa komunitas, pengajian khusus juga diadakan di masjid atau mushola, di mana masyarakat membaca Surah Yasin, tahlil, dan mendengarkan ceramah agama tentang persiapan menghadapi Ramadhan.

Meskipun memiliki konsep yang sama, pelaksanaan Ruwahan sedikit berbeda di tiap daerah. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, tradisi ini lebih banyak dilakukan dalam bentuk kendurian dan pembagian apem.

Keywords :


Ruwahan Syaban
.
Tradisi Islam
.