Asal Muasal Kemunculan Istilah Kiai di Indonesia

M. Habib Saifullah | Jum'at, 07/02/2025 13:15 WIB
Asal Muasal Kemunculan Istilah Kiai di Indonesia Ilustrasi - Kiai Ahmad Dahlan (Foto: Dok. Muhammadiyah/ Designed by Canva)

Katakini.com - Istilah kiai sudah menjadi kata yang sangat akrab di seantero negeri dengan mayoritas Muslim di ASEAN ini, khususnya di Tanah Jawa.

Pada umunya, kiai merupakan gelar yang disematkan pada seorang tokoh yang berpengaruh di masyarakat, wabil khusus untuk orang yang mamahami ilmu agama Islam.

Namun perlu digarisbawahi bahwa penggunaan kata kiai tidak hanya terbatas pada penyematan gelar pada seseorang yang menjadi tokoh masyarakat dalam kontek Islam. Istilah ini juga sangat lekat dengan budaya jawa kuno.

Bahkan kata kiai pun disematkan pada suatu benda-benda pusaka Jawa. Untuk itu, berikut ini arti dan makna dari kata kiai dan bagaimana sejarah awal munculnya kata kiai di Indonesia.

Arti Kiai

Tonggak awal perkembangan Islam di Tanah Air sudah berjalan sangat lama. Setelah masa Walisongo, estafet keislaman dilanjutkan oleh orang-orang yang sering disebut dengan sebutan kiai.

Karenanya, kiai menjadi salah satu pondasi dalam menyebarkan dan mempertahankan nilai-nilai keislaman yang telah ditanamkan para ahli agama terdahulu. Kiai berperan sebagai pemimpin masyarakat, pendidik, penasihat dalam urusan agama dan kesosialan.

Mengutip dari penyataan KH Muhammad Cholil Nafis, gelar kiai berasal dari bahasa Jawa yaitu "Iki Ae" atau yang diartikan "ini saja".

Secara etimologis, "iki ae" yang diartikan sebagai orang yang terpilih menunjukkan tanda bawha kiai memiliki sesuatu yang "spesial" karena memiliki kedalaman ilmu pengehatuan Islam yang mendalam.

Dari situ, istilah kiai mulai digunakan sebagai gelar yang disematkan pada tokoh-tokoh agama Islam yang digurukan serta menjadi orang yang dituakan dalam lingkungan masyarakat.

Namun meski berasal dari budaya Jawa, gelar kiai kemudian menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Tetapi dalam sebagian wilayah ada sebutan lain, meski bermakna sama dengan kiai, yaitu "Tuan Guru" di Lombok, atau "Ajengan" di Sunda