• Oase

Alasan Bulan Syaban Disebut Bulan Ruwah

M. Habib Saifullah | Sabtu, 08/02/2025 14:15 WIB
Alasan Bulan Syaban Disebut Bulan Ruwah Ilustrasi berdoa pada bulan Syaban atau bulan Ruwah (Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dalangan)

Katakini.com - Dalam kalender Hijriyah, bulan Syaban merupakan bulan kedelapan yang datang sebelum bulan Ramadan. Di Indonesia, terutama dalam budaya Jawa, bulan ini juga dikenal dengan sebutan bulan Ruwah.

Nama "Ruwah" memiliki makna khusus yang erat kaitannya dengan tradisi dan kepercayaan masyarakat, terutama dalam hal penghormatan kepada leluhur dan persiapan menyambut bulan suci Ramadan.

Salah satu alasan utama mengapa bulan Syaban disebut bulan Ruwah adalah karena di bulan ini masyarakat Jawa menjalankan tradisi Ruwahan, yaitu ritual mendoakan arwah leluhur.

Kata "Ruwah" diyakini berasal dari kata "arwah", yang merujuk pada roh atau jiwa orang yang telah meninggal dunia. Dalam Islam, mendoakan dan mengenang orang-orang yang telah wafat adalah bagian dari amalan yang dianjurkan, sehingga bulan Syaban menjadi momen yang dianggap tepat untuk mengirim doa kepada mereka.

Tradisi Ruwahan yang dilakukan di bulan Syaban biasanya melibatkan berbagai kegiatan, seperti ziarah kubur, tahlilan, dan sedekah makanan. Banyak keluarga Muslim, terutama di Jawa, mengunjungi makam leluhur mereka untuk membersihkan makam, menaburkan bunga, dan memanjatkan doa.

Tidak hanya itu, di beberapa daerah juga diadakan kenduri atau selamatan, di mana keluarga berkumpul untuk membaca doa bersama dan berbagi makanan dengan tetangga serta kaum dhuafa sebagai bentuk amal jariyah bagi arwah keluarga yang telah berpulang.

Selain sebagai bulan yang penuh dengan doa untuk para leluhur, bulan Syaban juga memiliki makna spiritual yang tinggi dalam Islam. Dalam beberapa riwayat, Rasulullah SAW sering berpuasa lebih banyak di bulan ini dibandingkan bulan-bulan lainnya, kecuali Ramadan.

Hal ini menjadikan Syaban sebagai bulan yang penuh keberkahan dan waktu yang tepat untuk memperbanyak ibadah, seperti membaca Al-Qur`an, berzikir, dan berdoa. Dengan demikian, tradisi Ruwahan juga dianggap sebagai bentuk persiapan spiritual bagi umat Muslim sebelum memasuki bulan Ramadan.

Secara budaya, bulan Ruwah juga dianggap sebagai waktu untuk membersihkan diri secara lahir dan batin. Masyarakat Jawa percaya bahwa dengan berdoa untuk leluhur, berbagi rezeki, dan meningkatkan ibadah di bulan ini, mereka dapat memasuki Ramadan dalam keadaan yang lebih bersih dan siap secara spiritual.

Oleh karena itu, bulan Ruwah tidak hanya memiliki nilai religius, tetapi juga menjadi bagian dari tradisi sosial yang mempererat hubungan keluarga dan masyarakat.

Keywords :


Ruwahan Syaban
.
Tradisi Islam
.