katakini.com - Fenomena janin yang tiba-tiba menghilang dalam kehamilan tunggal sering kali menimbulkan kebingungan dan kekhawatiran bagi ibu hamil. Kondisi ini bukan sekadar mitos atau kejadian supranatural, melainkan memiliki penjelasan medis yang dapat dipahami.
Dalam dunia kedokteran, kejadian ini umumnya dikaitkan dengan blighted ovum (kehamilan anembrionik), kehamilan ektopik, atau missed abortion, yang menyebabkan janin tidak berkembang dan akhirnya menghilang dari kantung kehamilan.
Salah satu penyebab utama dari fenomena ini adalah blighted ovum, yaitu kondisi ketika sel telur yang telah dibuahi melekat pada dinding rahim tetapi tidak berkembang menjadi embrio.
Meskipun kantung kehamilan terus tumbuh, janin di dalamnya gagal berkembang sehingga pada pemeriksaan USG berikutnya, janin tampak tidak ada. Biasanya, kondisi ini disebabkan oleh kelainan genetik yang membuat embrio tidak bisa berkembang sejak awal kehamilan.
Selain itu, janin yang tiba-tiba menghilang juga dapat dikaitkan dengan missed abortion, yaitu kondisi ketika janin berhenti berkembang tetapi tidak langsung dikeluarkan oleh tubuh.
Dalam beberapa kasus, tubuh ibu secara alami akan menyerap kembali jaringan janin yang tidak berkembang, yang menyebabkan janin tampak menghilang saat pemeriksaan lanjutan. Biasanya, ibu tidak langsung mengalami perdarahan atau tanda-tanda keguguran, sehingga baru diketahui saat dilakukan USG ulang.
Kehamilan ektopik juga bisa menjadi penyebab fenomena ini. Kehamilan ektopik terjadi ketika janin tidak berkembang di dalam rahim, melainkan menempel di tuba falopi atau area lain di luar rahim.
Karena kondisi ini tidak dapat mendukung pertumbuhan janin, pada akhirnya embrio akan berhenti berkembang dan menghilang, terkadang tanpa gejala yang mencolok. Namun, dalam beberapa kasus, kehamilan ektopik dapat menyebabkan nyeri hebat dan perdarahan yang memerlukan tindakan medis segera.
Faktor lain yang dapat menyebabkan janin menghilang adalah kesalahan dalam pemeriksaan USG, terutama jika dilakukan pada usia kehamilan yang masih sangat muda. Pada tahap awal kehamilan, janin masih sangat kecil dan mungkin sulit terdeteksi dalam pemindaian.
Dalam beberapa kasus, kesalahan perhitungan usia kehamilan juga dapat membuat janin tampak tidak terlihat pada satu pemeriksaan, tetapi muncul kembali pada pemeriksaan berikutnya saat ukurannya lebih besar.
Fenomena ini memang bisa menjadi pengalaman emosional yang sulit bagi ibu hamil. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan berkonsultasi dengan dokter untuk memahami kondisi yang terjadi.
Jika janin benar-benar tidak berkembang, dokter biasanya akan menyarankan langkah medis yang sesuai, baik itu pemantauan lebih lanjut, tindakan medis seperti kuretase, atau penanganan lain sesuai dengan kondisi kesehatan ibu.