• Bisnis

Kepala NFA Uraikan Dampak Positif MBG Dalam Ekosistem Pangan

Eko Budhiarto | Sabtu, 22/02/2025 20:24 WIB
Kepala NFA Uraikan Dampak Positif MBG Dalam Ekosistem Pangan Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi dalam Agrinnovation Conference 2025 di Jakarta,Sabtu (22/2/2025).(foto:NFA)

JAKARTA – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memberikan dampak positif terhadap ekosistem pangan di Indonesia. MBG pun memberi jaminan penyerapan produksi pangan lokal, sehingga dapat menggenjot spirit petani.

Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyampaikan pandangan tersebut saat berbicara dalam `Agrinnovation Conference 2025`, yang diselenggarakan oleb Edufarmers dan Pemuda Tani Indonesia, di Jakarta, Sabtu (22/2/2025). Acara ini mengambil topik `Memupuk Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen: Program Makan Bergizi`.

"Jadi MBG ini adalah program yang sebenarnya ditunggu-tunggu oleh Badan Pangan Nasional dan seluruh masyarakat Indonesia. Sekarang ekosistem pangan kita makin lengkap. Kalau dahulu, mungkin ada yang buang-buang hasil panen, karena harga jatuh. Hari ini pemerintahan era Bapak Prabowo menjamin akan dibeli oleh pemerintah, utamanya dari Badan Gizi Nasional (BGN)," urai Arief.

"BGN ini kalau rapat, menyampaikan, hati-hati Pak Arief. Coba bayangkan, pertengahan tahun BGN mau buat dapur sampai 5 ribu. kalau 1 dapur untuk 3 ribu coverage-nya, berarti sampai 15 juta. Itu jadi peluang sekaligus tantangan bagi pemerintah dan pelaku usaha pangan agar bagaimana mampu memenuhi itu," sambungnya.

Menilik dari Proyeksi Neraca Pangan Nasional Tahun 2025 yang diampu NFA, terdapat beberapa komoditas pangan yang memiliki estimasi stok akhir tahun 2025 yang mampu melebihi kebutuhan dalam sebulan. Ini penting untuk dapat menjadi stok penyangga pada awal tahun selanjutnya.

Beras diproyeksikan pada akhir 2025 masih aman dengan stok akhir di angka 9,978 juta ton dengan kebutuhan bulanan beras di 2,581 juta ton. Sementara, untuk telur ayam, proyeksi stok akhir tahun nanti dapat berada di 284 ribu ton dengan kebutuhan bulanan 518 ribu ton.

"Kita bicara pasokan pangan, sekali lagi ini jadi harapan besar kita bersama dan harus disiapkan oleh seluruh pihak. Apalagi kalau dapur MBG sudah bertambah terus. Misalnya untuk telur, itu ayam hanya bertelur sehari satu saja," ungkap Arief.

"Jadi saya usul, karena ayam itu kalau hari ini kita siapkan GPS (Grand Parent Stock), DOC (Day Old Chicks) itu nanti baru 2 tahun kemudian, saya sarankan kepada teman-teman di kementerian teknis agar dari sekarang bersiap-siap. Bisa saja hari ini kita kelebihan stok, tapi perlu antisipasi ke depan agar tidak ada kekurangan," ucapnya.

Sebagai bentuk dukungan pelaksanaan MBG, Arief menyatakan pihaknya akan turut membantu pengawasan keamanan pangan segar. Ini dilakukan melalui uji cepat pangan segar yang dapat menciptakan food grade terhadap pangan yang diedarkan di MBG.

"Kami di Badan Pangan Nasional akan siapkan keamanan pangan segar. Kita sudah siapkan test kit-nya. Jadi secara cepat bisa mengetahui kandungannya. Kalau kita bilang food grade, pestisida dapat terukur, kemudian tidak mengandung boraks dan lainnya. Kita siapkan test kit di seluruh dapur MBG," bebernya.

Sebagaimana data Sistem Informasi Pengawasan Pangan Segar Terpadu (SIPSAT) pada laman sipsat.badanpangan.go.id, pada 2023 total rapid test yang telah dilaksanakan NFA sebanyak 3.047. Dari itu terdiri dari 2.063 Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT), 357 Pangan Segar Asal Hewan (PSAH), dan 627 Pangan Segar Asal Ikan (PSAI). Selanjutnya sepanjang tahun 2024, jumlah rapid test meningkat 116 persen menjadi total 6.591.

"Pada intinya, MBG ini harus dipenuhi dari produksi dalam negeri. Ini PR kita bersama, tidak hanya diemban pemerintah. Kita yakin ekonominya bisa terbangun di Indonesia. Jadi hilirisasinya ada di sini, karena potensi kita nanti itu adalah bonus demografi. Jangan sampai malah jadi disaster demografi. Itu catatan kita sama-sama," pungkas Arief.

Dalam panel yang sama, Kepala BGN Dadan Hindayana memaparkan betapa tingginya penyerapan dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang dikelola BGN.

"Satu SPPG yang akan melayani 3.000 anak di satu tempat, kalau di Jawa, itu setiap hari membutuhkan 200 kg beras, 350 kg ayam, kalau ayamnya satunya satu kilo itu butuh 350 ayam. 3.000 telur setiap hari, 300 kg sayuran. Ini adalah kebutuhan yang akan dimiliki oleh BGN," bebernya.

"Dan Senin, kita akan bertambah 300 mencapai 876 SPPG yang akan melayani 2,5 juta penduduk, sudah di 38 provinsi, hanya dalam 1,5 bulan. (Nanti) ini jadi new emerging market. 82,9 juta itu adalah target market bagi para petani milenial, pemuda dan sebagainya. Badan Gizi kemudian menjadi offtaker terdepan bagi produk-produk lokal dan kami berharap produktivitas wilayah akan meningkat," ucap Dadan.