Intip Berbagai Tradisi Lokal dalam Menyambut Bulan Ramadan

M. Habib Saifullah | Minggu, 23/02/2025 13:45 WIB
Intip Berbagai Tradisi Lokal dalam Menyambut Bulan Ramadan Tradisi Malamang untuk menyambut Ramadan di Sumatra Barat (Shutterstock/octavianus wahyu)

Katakini.com - Kedatangan bulan suci Ramadan tinggal menghitung hari. Sebagai negara dengan populasi masyarakatnya beragama muslim, Indonesia juga selalu menyamput momen spesial ini dengan penuh suka cita.

Bahkan, setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi yang unik dalam menyambut bulan suci ini. Tradisi-tradisi menyambut Ramadan tersebut dilakukan secara turun-temurun sebagai salah satu bentuk melestarikan budaya dan adat istiadat.

Beragam tradisi ini menyimpan berbagai makna mendalam dengan tujuan untuk meyucikan diri, saling mendoakan, memaafkan, dan juga bentuk suka cita menyambut bulan Ramadan.

Berikut ini berbagai tradisi unik menyambut bulan Ramadan di Indonesia

1. Nyorog (Jakarta)

Nyorog merupakan ritual simbolis yang menandai peralihan dari suasana biasa menuju suasana sakral Ramadan. Kegiatan ini mengajak setiap individu untuk “merendahkan diri” dan membuka hati agar siap menerima rahmat Ilahi. Secara simbolik, Nyorog mencerminkan kesiapan spiritual masyarakat dalam menyongsong bulan puasa.

2. Cucurak (Jawa Barat)

Cucurak berkaitan dengan penyiraman atau pencurahan air sebagai lambang pembersihan diri. Air yang digunakan dalam ritual ini dipercaya memiliki kekuatan untuk membersihkan jiwa dari dosa dan kesalahan. Dengan demikian, melalui Cucurak, setiap individu diharapkan mendapatkan kesegaran batin dan semangat baru dalam menjalani ibadah puasa.

3. Padusan (Yogyakarta)

Padusan adalah upacara mandi secara ritual yang biasanya dilakukan di sungai atau sumber air yang dianggap suci. Ritual ini melambangkan pembersihan tidak hanya dari segi fisik tetapi juga spiritual. Mandi ritual pada saat Padusan mengajak masyarakat untuk menyingkirkan segala kekotoran dan memulai Ramadan dengan hati yang murni.

4. Marpangir (Sumatera Utara)

Marpangir menekankan aspek sosial dan kekeluargaan. Dalam tradisi ini, masyarakat saling menyapa dan berkumpul sebagai bentuk penguatan hubungan antarwarga. Marpangir sering kali dijadikan momentum untuk saling memaafkan, berbagi kabar, serta mempererat tali persaudaraan menjelang datangnya bulan suci.

5. Malamang (Sumatera Barat)

Malamang merujuk pada pertemuan atau pengumpulan masyarakat di malam hari sebagai persiapan memasuki Ramadan. Kegiatan ini biasanya diisi dengan doa bersama, pengajian, dan diskusi keagamaan. Dengan demikian, Malamang berfungsi meningkatkan kesadaran spiritual dan kebersamaan antaranggota masyarakat.

6. Meugang (Aceh)

Meugang adalah tradisi yang menggambarkan kesiapan masyarakat dalam menyambut Ramadan. Aktivitas ini bisa meliputi persiapan hidangan berbuka puasa, penataan makanan, serta pemberian berkah atas makanan yang telah disiapkan. Melalui Meugang, nilai-nilai berbagi, syukur, dan kebersamaan semakin ditekankan menjelang ibadah puasa.

7. Megibung (Bali)

Megibung mengacu pada tradisi penyajian hidangan khas yang dimasak dan disiapkan secara bersama-sama. Dalam semangat gotong royong, makanan yang dihasilkan tidak hanya untuk dinikmati oleh satu keluarga, tetapi juga untuk tetangga dan kerabat. Ritual ini mencerminkan kekuatan komunitas dan solidaritas sosial dalam menyambut bulan yang penuh berkah.

8. Mattunu Solong (Sulawesi Barat)

Mattunu Solong merupakan bagian penutup dari rangkaian tradisi penyambutan Ramadan. Dalam tradisi ini, masyarakat melantunkan doa dan harapan agar segala rangkaian ritual yang telah dilakukan mendapat keberkahan dan diterima oleh Allah SWT. Ucapan atau nyanyian dalam Mattunu Solong kerap kali diisi dengan ungkapan rasa syukur, harapan, dan keikhlasan memasuki bulan suci.