Megibung, Tradisi Bulan Ramadan dari Pulau Dewata

M. Habib Saifullah | Senin, 24/02/2025 13:45 WIB
Megibung, Tradisi Bulan Ramadan dari Pulau Dewata Ilustrasi - Tradisi sambut bulan Ramadan di Bali, Megibung (Foto: Kemenparekraf)

Katakini.com - Di Bali, tradisi Megibung menjadi salah satu cara unik masyarakat Muslim di sana dalam menyambut bulan suci Ramadan. Tradisi ini merupakan kegiatan memasak dan makan bersama dalam satu wadah besar.

Tradisi Megibung tidak hanya dimaknai sebagai acara makan bersama, tetapi juga sarana mempererat hubungan sosial dan spiritual di kalangan komunitas Muslim Bali.

Ditinjau dari sisi sejarahnya, Megibung dapat ditelusuri hingga masa pemerintahan Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem, sekitar tahun 1692 Masehi.

Pada masa itu, tradisi ini diperkenalkan sebagai cara untuk memperkuat kebersamaan di antara prajurit saat ekspedisi militer ke Lombok. Kegiatan makan bersama ini kemudian diadaptasi oleh masyarakat Muslim di Bali, khususnya di Kabupaten Karangasem, sebagai bagian dari ritual menyambut Ramadan.

Pelaksanaan Megibung dimulai dengan proses memasak bersama. Menu yang disiapkan biasanya merupakan hidangan tradisional khas Bali, seperti nasi putih, lauk-pauk, dan sayuran.

Setelah makanan siap, hidangan tersebut disajikan dalam satu wadah besar yang disebut `gibungan`, sementara lauk-pauk ditempatkan di atas alas yang dihias. Para peserta kemudian duduk melingkar di sekitar wadah tersebut dan mulai makan bersama dengan penuh kebersamaan.

Tradisi Megibung biasanya dilaksanakan pada hari ke-10, ke-20, dan ke-30 bulan Ramadan. Kegiatan ini diawali dengan khataman Al-Qur`an, dilanjutkan dengan berbuka puasa bersama, dan kemudian salat Maghrib berjemaah.

Setelah itu, acara makan bersama pun dimulai. Selain sebagai bentuk rasa syukur, Megibung juga menjadi momen untuk memperkuat ikatan persaudaraan dan menjaga keharmonisan antarwarga.

Selain di Karangasem, tradisi Megibung juga dilestarikan di Kampung Islam Kepaon, Denpasar. Di kampung ini, Megibung digelar tiga kali selama bulan Ramadan, tepatnya pada 10 hari pertama, hari ke-20, dan hari ke-30.

Pelaksanaannya serupa, dimulai dengan khataman Al-Qur`an, berbuka puasa bersama, salat Maghrib berjemaah, dan diakhiri dengan makan bersama dalam satu wadah. Kegiatan ini tidak hanya mempererat hubungan antarwarga Muslim, tetapi juga menjadi simbol toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Bali.

Megibung tidak hanya dilakukan saat Ramadan, tetapi juga pada berbagai acara adat dan keagamaan lainnya, seperti pernikahan, upacara tiga bulanan bayi, dan peringatan Maulid Nabi.

Hal ini menunjukkan bahwa tradisi Megibung telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Muslim Bali, mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur.

Melalui tradisi Megibung, masyarakat Muslim Bali tidak hanya menjaga warisan budaya leluhur, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan spiritual di antara mereka.

Kegiatan ini menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai kebersamaan dan toleransi dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam menyambut bulan suci Ramadan.

Keywords :


Ramadan Tradisi
.
Megibung Bali
.