• News

Pertempuran di Kongo Tewaskan 7.000 Orang Sejak Januari

Yati Maulana | Senin, 24/02/2025 23:30 WIB
Pertempuran di Kongo Tewaskan 7.000 Orang Sejak Januari Anggota Komite Internasional Palang Merah menggali kuburan umum di pemakaman Musigoko di Bukavu, Republik Demokratik Kongo bagian timur 19 Februari 2025. REUTERS

JENEVA - Sedikitnya 7.000 orang telah tewas sejak Januari dalam pertempuran di Republik Demokratik Kongo bagian timur. Hal itu dikatakan oleh perdana menteri DRC dalam pertemuan tingkat tinggi Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa pada hari Senin. Korban tewas terdiri dari para pejuang dan warga sipil.

Sekitar 3.000 kematian dilaporkan di Goma, kata Judith Suminwa. Sekitar 450.0000 orang kehilangan tempat tinggal setelah 90 kamp pengungsian dihancurkan.

Sejak Januari, kelompok pemberontak M23, yang dituduhkan oleh Kinshasa didukung Rwanda, telah merebut sebagian besar wilayah Kongo timur termasuk kota Goma dan Bukavu, dan deposit mineral berharga.

Pertempuran terbaru, dan kemajuan M23, merupakan bagian dari eskalasi besar di Kongo timur akibat konflik atas kekuasaan, identitas, dan sumber daya yang bermula sejak genosida Rwanda pada tahun 1990-an.

Rwanda menolak tuduhan dari Kongo, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan negara-negara Barat bahwa mereka mendukung pemberontak M23 dengan senjata dan pasukan.

Suminwa mendesak dunia untuk bertindak dan memberlakukan "sanksi yang bersifat menghalangi" terhadap Rwanda di tengah pengungsian massal dan eksekusi tanpa pengadilan.

"Tidak mungkin untuk menggambarkan jeritan dan tangisan jutaan korban konflik ini," katanya.

Kepala PBB Antonio Guterres, pada pertemuan di Jenewa, mengatakan hak asasi manusia di seluruh dunia sedang "dicekik" dan merujuk pada pelanggaran yang mengerikan di Republik Demokratik Kongo.

"Jika masalah pelanggaran integritas teritorial ini tidak diselesaikan, situasinya dapat memburuk," kata Suminwa kepada Reuters dalam jumpa pers setelah pidatonya di Dewan.

Sekitar 40.000 orang telah melarikan diri ke Burundi, salah satu dari sembilan negara yang berbatasan dengan DRC, dalam dua minggu untuk menghindari pertempuran, kata PBB pada hari Jumat.

Suminwa memperingatkan bahwa situasi keamanan yang memburuk dengan M23 dan kelompok bersenjata lainnya dapat meluas ke negara-negara tetangga, yang menimbulkan bahaya bagi mereka.