Asteroid yang Baru Ditemukan, Dinilai Berisiko Lebih Rendah Hantam Bumi

Yati Maulana | Senin, 10/03/2025 01:01 WIB
Asteroid yang Baru Ditemukan, Dinilai Berisiko Lebih Rendah Hantam Bumi Pemandangan di observatorium Very Large Telescope atau VLT yang terletak di Cerro Paranal, di gurun Atacama, Chili, 25 Januari 2025. REUTERS

WASHINGTON - Pengamatan baru terhadap asteroid kecil yang ditemukan pada bulan Desember telah membuat para astronom menyimpulkan bahwa kemungkinan asteroid itu menghantam Bumi hampir nol. Data sebelumnya menunjukkan risiko tabrakan yang lebih tinggi dengan batu angkasa yang lebarnya sekitar 130-300 kaki (40-90 meter).

Asteroid yang disebut 2024 YR4 itu mengorbit pada lintasan yang akan membawanya mendekati Bumi pada tahun 2032, dengan para ilmuwan sebelumnya menghitung probabilitas dampaknya sekitar 3%, nilai tertinggi yang pernah tercatat untuk objek semacam itu.

Data baru, yang diperoleh oleh Teleskop Sangat Besar milik Observatorium Eropa Selatan yang berbasis di Chili dan fasilitas lainnya, memberikan gambaran yang lebih tepat tentang lintasan asteroid di masa depan.

Probabilitas dampaknya telah diturunkan menjadi 0,001%, menurut Pusat Koordinasi Objek Dekat Bumi milik Badan Antariksa Eropa, sementara Laboratorium Propulsi Jet milik NASA memperkirakannya sebesar 0,004%.

"Risikonya menurun drastis," kata Olivier Hainaut, seorang astronom di Observatorium Eropa Selatan di Jerman.
NASA memperkirakan probabilitas asteroid itu menabrak bulan sebesar 1,7%.

Asteroid itu telah diawasi dengan ketat sejak ditemukan karena potensi ancaman yang ditimbulkannya. Dampaknya berpotensi menyebabkan kerusakan regional dan hilangnya banyak nyawa.

"Sebuah objek dengan lebar 10 meter (33 kaki) akan menciptakan dampak dengan energi yang sama seperti bom Hiroshima," kata Hainaut, yang memperkirakan bahwa dampak oleh YR4 akan 500 kali lebih kuat dari itu.

"Untungnya, sangat mungkin sebagian besar energi itu akan dibuang ke atmosfer tinggi saat asteroid itu datang. Namun, itu adalah ledakan yang cukup besar, yang dapat merusak area seluas kota," tambah Hainaut.

Asteroid telah menghantam Bumi sesekali selama sejarahnya yang panjang, sering kali dengan hasil yang dahsyat. Misalnya, sebuah asteroid yang diperkirakan selebar 6-9 mil (10-15 km) - jauh lebih besar dari 2024 YR4 - menghantam lepas pantai Semenanjung Yucatan di Meksiko 66 juta tahun yang lalu, memusnahkan sekitar tiga perempat spesies dunia dan mengakhiri zaman dinosaurus.

NASA pada tahun 2022 melaksanakan misi pembuktian prinsip pertahanan planet dengan menggunakan wahana antariksa robotik DART untuk mengubah lintasan asteroid Dimorphos, dengan tujuan untuk melakukan hal ini di masa mendatang jika salah satu asteroid tampak berada di jalur tabrakan dengan Bumi.

Para astronom mempelajari lebih banyak tentang asteroid. Misalnya, wahana antariksa robotik OSIRIS-REx milik NASA melakukan perjalanan ke sebuah asteroid bernama Bennu dan pada tahun 2020 mengumpulkan sampel batu dan debu yang, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Januari, mengandung beberapa bahan kimia penyusun kehidupan.

Penelitian lain memperkirakan potensi kerusakan yang akan terjadi jika sebuah asteroid seukuran Bennu - dengan diameter sekitar tiga persepuluh mil (500 meter) - menghantam Bumi. Para ilmuwan memperkirakan peluang tabrakan Bennu dengan Bumi pada tahun 2182 adalah satu berbanding 2.700.

Selain kehancuran yang ditimbulkannya, para peneliti memperkirakan bahwa dampak dari asteroid seukuran Bennu akan menyuntikkan 100-400 juta ton debu ke atmosfer, yang menyebabkan gangguan pada iklim, kimia atmosfer, dan fotosintesis global yang berlangsung selama tiga hingga empat tahun.