JAKARTA - Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza mengapresiasi Kolaborasi antara PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dengan PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (PT YPTI).
Wamenperin mengatakan, kolaborasi ini bertujuan untuk mengadopsi teknologi inovatif dalam rangka meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi, memperkaya kapabilitas permesinan, serta mendukung penguatan ekosistem industri manufaktur dalam negeri.
"Kerja sama ini menjadi tonggak sangat penting dalam upaya pengembangan ekosistem industri kedirgantaraan nasional, serta dilakukan pada momentum yang tepat di tengah meningkatnya potensi kebutuhan komponen pesawat global maupun dalam negeri," kata Wamenperin di Jakarta, Rabu (12/3/2025).
Adapun, ruang lingkup kolaborasi ini mencakup berbagai aspek utama, seperti penyediaan dan revitalisasi mesin produksi PTDI, peningkatan daya saing produk permesinan, serta pelatihan terkait manajemen pemeliharaan permesinan.
Kesepakatan ini juga membuka peluang transfer teknologi dan peningkatan kapabilitas sumber daya manusia di bidang dirgantara, sejalan dengan agenda nasional dalam mendorong kemandirian sektor manufaktur.
"Saya mengharapkan untuk tahun-tahun berikutnya agar kemitraan strategis antara PTDI dan PT YPTI dapat dikembangkan tidak terbatas pada revitalisasi, penyediaan komponen dan pemeliharaan saja, namun juga dapat mengembangkan investasi untuk meningkatkan kapabilitas industri komponen pesawat terbang dalam negeri," ujar Wamenperin.
Wamen Riza menyebutkan, saat ini tren permintaan komponen pesawat terbang menunjukkan pertumbuhan yang positif karena didorong meningkatnya permintaan penggantian komponen untuk keperluan reparasi pesawat.
Merujuk data Studi Boeing 2024, studi International Air Transport Association (IATA), Indonesia diproyeksikan akan menjadi pasar penerbangan terbesar keempat di dunia pada tahun 2036.
Kemudian dalam studi International Civil Aviation Organization (ICAO) tahun 2023 memperkirakan bahwa jumlah penerbangan domestik dan penumpang di Indonesia akan meningkat menjadi 7,6 juta flight dan 690 juta penumpang pada 2045, atau lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan 2024.
"Dengan peningkatan permintaan tersebut, industri dalam negeri memiliki potensi yang sangat besar untuk menangkap peluang peningkatan pada permintaan komponen pesawat terbang tersebut," ujar dia.
Apalagi, kata Wamen Riza, Indonesia memiliki sejarah panjang dalam manufaktur pesawat terbang, dengan peran PTDI sebagai satu-satunya produsen pesawat di kawasan Asia Tenggara.
Selain itu, industri komponen pesawat terbang Indonesia yang tergabung dalam Indonesia Aircraft and Component Manufacturer (INACOM) juga telah menunjukkan daya saingnya dengan mendapatkan sertifikasi standar mutu industri kedirgantaraan internasional (AS9100) dan menjadi bagian dari rantai pasok global, termasuk PTDI dan PT YPTI.
Wamenperin juga berharap PTDI dapat terus meningkatkan perannya untuk mendorong pengembangan ekosistem industri pesawat terbang, baik peran sebagai lead integrator dalam manufaktur pesawat maupun PTDI sebagai tier-1 yang mampu menjadi enabler industri lainnya di dalam negeri untuk menjadi tingkat tier-2 dan tier-3 dalam menyerap peluang pasar yang besar tersebut sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor komponen.
"Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada PT DI, PT YPTI, Pumatech dan Chi-Fa Machinery atas inisiatif kerja sama ini dan semoga langkah ini membawa manfaat yang besar bagi industri kedirgantaraan nasional serta ekonomi Indonesia secara keseluruhan," kata dia.
Sementara itu, Direktur Produksi PTDI Dena Hendriana menyampaikan, kerja sama ini menjadi momentum penting dalam pembangunan ekosistem dirgantara nasional. Apalagi melibatkan lebih banyak pelaku industri lokal.
"Kami berkomitmen untuk meningkatkan TKDN dan mengoptimalkan potensi industri dalam negeri. Kolaborasi ini juga akan memperkaya kapabilitas permesinan PTDI, sehingga kami dapat terus meningkatkan kualitas, kompetensi dan diversifikasi produk dirgantara," ujar dia.
Sebagai informasi, kerja sama ini tertuang dalam Framework Agreement (FA), yang ditandatangani oleh Direktur Produksi PTDI, Dena Hendriana dan Direktur Utama PT YPTI, Petrus Tedja Hapsoro. FA disaksikan langsung oleh Wamen Faisol Riza, Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Setia Diarta, serta Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan.