• Sains

Peneliti Ungkap Perubahan Iklim akan Memicu Peningkatan Penyakit Jantung

Tri Umardini | Minggu, 23/03/2025 05:05 WIB
Peneliti Ungkap Perubahan Iklim akan Memicu Peningkatan Penyakit Jantung Seorang wanita memegang payung untuk berlindung dari terik matahari. (FOTO: AP)

JAKARTA - Para peneliti telah melaporkan adanya hubungan antara masalah kardiovaskular dan cuaca panas, dan memperkirakan bahwa penyakit jantung dapat meningkat dua atau tiga kali lipat dalam 25 tahun ke depan jika tren iklim saat ini terus berlanjut.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Senin lalu (17/3/2025), para peneliti di Australia mengatakan bahwa mereka telah menemukan bahwa 49.483 tahun kehidupan sehat hilang setiap tahun akibat penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh cuaca panas.

Mereka memperingatkan bahwa berdasarkan tren iklim saat ini, dampak cuaca ekstrem akan berlipat ganda dalam beberapa dekade mendatang.

Studi yang diterbitkan dalam European Heart Journal ini menggunakan data dari Australian Burden of Disease Database tentang penyakit yang disebabkan oleh penyakit jantung dari tahun 2003 hingga 2018.

"Saat cuaca panas, jantung kita harus bekerja lebih keras untuk membantu kita mendinginkan diri. Tekanan tambahan ini bisa berbahaya, terutama bagi penderita penyakit kardiovaskular," kata Profesor Peng Bi dari Universitas Adelaide.

Para peneliti menghitung bahwa 7,3 persen dari total beban akibat penyakit kardiovaskular atau kematian dapat dikaitkan dengan kondisi cuaca ekstrem.

Pembuatan model menunjukkan bahwa angka tersebut dapat berlipat ganda atau bahkan tiga kali lipat pada tahun 2050, tergantung pada berbagai skenario emisi gas rumah kaca yang diuraikan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, menurut laporan tersebut.

`Studi pertama yang sejenis`

“Meskipun penelitian kami difokuskan di Australia, hubungan mendasar antara suhu yang lebih tinggi dan peningkatan risiko kardiovaskular telah didokumentasikan secara global,” kata penulis utama Jingwen Liu dari Universitas Adelaide.

Liu mencatat bahwa penelitian ini adalah “yang pertama di dunia”, seraya menambahkan bahwa “pendekatan komprehensif kami menjadikan penelitian ini berharga untuk perencanaan strategi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di masa mendatang”.

Para penulis juga menemukan bahwa ada ruang untuk menurunkan dampak suhu tinggi pada penyakit kardiovaskular dengan strategi yang membantu orang beradaptasi.

“Temuan kami juga menyerukan investasi mendesak dalam strategi adaptasi dan mitigasi, termasuk rencana pendinginan perkotaan, kampanye kesehatan masyarakat, dan peningkatan respons darurat selama cuaca panas,” kata Bi. (*)