JAKARTA - Puluhan ribu anak Palestina telah kehilangan orang tua mereka, menjadi yatim piatu, sejak dimulainya perang Israel di Jalur Gaza yang terkepung, kata Biro Pusat Statistik Palestina.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (3/4/2025), malam menjelang Hari Anak Palestina, badan tersebut mengatakan 39.384 anak di Gaza telah kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya setelah 534 hari serangan Israel, yang telah menghancurkan daerah kantong kecil itu dan membuat sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya mengungsi.
Biro tersebut mengatakan di antara mereka ada sekitar 17.000 anak yang telah kehilangan kedua orangtuanya sejak Oktober 2023, ketika Israel melancarkan serangan genosida.
"Anak-anak ini hidup dalam kondisi yang tragis, banyak yang terpaksa berlindung di tenda-tenda yang rusak atau rumah-rumah yang hancur, dengan hampir tidak adanya perawatan sosial dan dukungan psikologis," kata pernyataan biro tersebut.
"Jalur Gaza menderita krisis anak yatim piatu terbesar dalam sejarah modern."
Menurut pernyataan itu, setidaknya 17.954 anak telah tewas dalam serangan Israel di Gaza, termasuk 274 bayi baru lahir dan 876 bayi di bawah usia satu tahun.
“Tujuh belas anak juga mati kedinginan di tenda-tenda yang menampung para pengungsi, dan 52 lainnya meninggal karena kelaparan dan kekurangan gizi sistematis,” tambahnya.
Biro tersebut memperingatkan bahwa 60.000 anak berisiko meninggal dunia akibat tingkat kekurangan gizi yang parah dan bencana kelaparan yang mengancam.
Sejak melanjutkan serangannya di Gaza setelah gencatan senjata yang rapuh membawa beberapa minggu jeda, Israel telah menutup titik-titik penyeberangan perbatasan yang vital – melarang masuknya bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan, termasuk tepung, bahan bakar, dan pasokan medis ke Jalur Gaza.
Bahkan sebelum gencatan senjata terakhir berlaku pada bulan Januari, yang berlangsung hanya sekitar dua bulan, pasukan Israel sebagian besar menutup penyeberangan perbatasan, mengusir ribuan konvoi yang membawa pasokan bantuan.
Kantor Media Pemerintah Gaza mengecam tindakan tersebut, dengan mengatakan awal minggu ini bahwa pemerintah Israel menerapkan kebijakan “kelaparan sistematis” dengan menghentikan masuknya bantuan dan tepung selama sebulan penuh, yang memaksa toko roti tutup.
Anak-anak dan warga di bawah umur, mereka yang berusia di bawah 18 tahun, berjumlah sekitar 43 persen dari gabungan populasi Palestina sejumlah 5,5 juta jiwa di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, kata biro tersebut.
Sejak melanjutkan kampanye mematikannya pada tanggal 18 Maret, tentara Israel telah membunuh lebih dari 1.160 warga Palestina di Gaza.
Setidaknya 50.523 warga Palestina telah terbunuh sejak Oktober 2023, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Laporan itu mengatakan bahwa sejak 7 Oktober, pasukan Israel menahan lebih dari 1.055 anak, sebagian besar di Tepi Barat, dalam apa yang disebutnya sebagai eskalasi yang "belum pernah terjadi sebelumnya" terhadap anak-anak Palestina. Lebih dari 350 orang masih ditahan di fasilitas penjara Israel. (*)