Sejarah Bluetooth dan Hubungannya dengan Raja Viking

M. Habib Saifullah | Rabu, 09/04/2025 14:05 WIB
Sejarah Bluetooth dan Hubungannya dengan Raja Viking Ilustrasi - Sejarah perkembangan teknologi bluetooth (Foto: Unsplash/Brett Jordan)

Katakini.com - Saat kamu menyambungkan headphone ke ponsel atau mentransfer file tanpa kabel, kamu mungkin tidak terlalu memikirkan teknologi di baliknya. Salah satu yang paling sering kita gunakan ialah Bluetooth.

Tapi pernah nggak sih kamu kepikiran kenapa teknologi ini dinamakan Bluetooth? Kenapa nggak nama yang lebih "techy", kayak WirelessLink atau semacamnya? Ternyata, nama ini punya cerita sejarah yang unik dan menarik, bahkan ada hubungannya dengan raja Viking.

Melansir dari berbagai sumber, Bluetooth ternyata diambil dari nama seorang raja Denmark yang hidup pada abad ke-10, yaitu Raja Harald "Bluetooth" Gormsson. Julukan “Bluetooth” diberikan karena konon salah satu giginya berwarna biru atau gelap, ntah karena sering makan blueberry atau memang kondisi giginya begitu.

Tapi yang paling penting dari sosok Raja Harald ialah usahanya menyatukan berbagai suku di wilayah Skandinavia yang sebelumnya saling bertikai. Ia dikenal sebagai pemimpin yang berhasil membangun komunikasi dan persatuan di antara kelompok-kelompok yang berbeda.

Nah, cerita raja inilah yang kemudian menjadi inspirasi bagi para insinyur teknologi dari perusahaan Ericsson di Swedia, saat mereka mengembangkan sebuah metode komunikasi nirkabel pendek pada tahun 1990-an. Mereka berpikir bahwa teknologi ini bisa “menyatukan” berbagai perangkat dari pabrikan berbeda agar bisa saling terhubung dan berkomunikasi dengan lancar mirip seperti Raja Harald yang menyatukan bangsanya.

Awalnya, nama Bluetooth cuma digunakan sebagai nama kode internal proyek. Tapi karena nama itu terasa unik, mudah diingat, dan punya makna filosofis yang kuat, akhirnya nama ini dipakai secara resmi. Bahkan logonya pun diambil dari gabungan dua huruf dalam alfabet kuno Nordik (rune), yaitu huruf “H” dan “B”—singkatan dari Harald Bluetooth.

Teknologi Bluetooth sendiri mulai dikembangkan secara serius sejak tahun 1989 oleh Ericsson. Lalu pada tahun 1998, beberapa perusahaan besar seperti Intel, Nokia, IBM, dan Toshiba ikut bergabung membentuk aliansi bernama Bluetooth Special Interest Group (SIG).

Tujuannya ialah menciptakan satu standar komunikasi nirkabel yang bisa digunakan oleh berbagai perangkat di seluruh dunia. Versi pertamanya, Bluetooth 1.0, resmi diluncurkan pada tahun 1999.

Awal kemunculannya memang belum sempurna. Bluetooth 1.0 masih punya banyak keterbatasan, seperti kecepatan yang lambat dan koneksi yang sering tidak stabil. Tapi seiring waktu, teknologi ini berkembang pesat. Di versi 2.0 dan 3.0, Bluetooth mulai menunjukkan performa yang jauh lebih baik, dengan kecepatan transfer data yang meningkat dan konsumsi daya yang lebih efisien.

Terobosan besar terjadi saat Bluetooth 4.0 dirilis, karena versi ini memperkenalkan fitur Bluetooth Low Energy (BLE). Fitur ini memungkinkan perangkat-perangkat kecil seperti smartwatch, alat kebugaran, dan perangkat IoT untuk terhubung ke ponsel atau komputer tanpa menguras banyak baterai.

Hingga saat ini, Bluetooth terus berevolusi—versi 5.0 dan 5.3 menawarkan jangkauan yang lebih luas, kecepatan yang lebih tinggi, serta kestabilan koneksi yang jauh lebih baik.

Menariknya, teknologi Bluetooth kini sudah hadir di lebih dari 5 miliar perangkat yang digunakan setiap tahun, mulai dari alat rumah tangga, mobil, perangkat medis, hingga peralatan industri. Siapa sangka, dari seorang raja Viking yang hidup seribu tahun lalu, muncul inspirasi yang kini menghubungkan dunia digital kita setiap hari?