JAKARTA - Dalam sejarah Amerika Serikat, tidak ada peristiwa yang begitu mengguncang bangsa pada abad ke-19 seperti tragedi penembakan Presiden Abraham Lincoln.
Seorang pemimpin yang dikenal karena perjuangannya menghapus perbudakan dan mempersatukan kembali negara yang terpecah akibat Perang Saudara, Lincoln tewas secara tragis di tangan seorang aktor radikal di tempat yang tak terduga, sebuah gedung teater.
Peristiwa nahas itu terjadi pada malam 14 April 1865, hanya lima hari setelah kemenangan besar Uni atas Konfederasi yang mengakhiri Perang Saudara Amerika.
Presiden Abraham Lincoln, bersama istrinya Mary Todd Lincoln, menghadiri pertunjukan komedi berjudul Our American Cousin di Ford`s Theatre, Washington D.C. Di saat rakyat mulai merayakan perdamaian dan masa depan yang baru, kekuatan kebencian justru mengintai dari balik panggung.
Pelaku penembakan adalah John Wilkes Booth, seorang aktor terkenal yang juga dikenal sebagai simpatisan Konfederasi. Booth menyusup ke dalam teater, naik ke balkon tempat Presiden duduk, lalu pada pukul 22.15 malam, menembakkan pistol Derringer ke arah kepala Lincoln dari jarak dekat.
Satu peluru menembus kepala sang Presiden yang seketika kehilangan kesadaran. Dalam kekacauan yang terjadi, Booth melompat ke panggung, dilaporkan berteriak dalam bahasa Latin, "Sic semper tyrannis!"yang berarti, "Begitulah nasib para tiran!"
Lincoln langsung dibawa ke sebuah rumah di seberang teater, milik William Petersen, tempat ia dirawat sepanjang malam. Sayangnya, luka yang diderita terlalu parah. Pada pagi hari tanggal 15 April 1865 pukul 07.22, Abraham Lincoln dinyatakan meninggal dunia.
Ia menjadi presiden pertama Amerika Serikat yang tewas akibat pembunuhan. Dunia pun berduka, dan bangsa Amerika terpukul oleh kenyataan bahwa pemimpin besar mereka telah gugur ketika perdamaian baru saja diraih.
John Wilkes Booth sendiri melarikan diri dan menjadi buron selama hampir dua minggu. Ia akhirnya ditemukan pada 26 April 1865 di sebuah lumbung di Virginia dan tewas dalam baku tembak dengan pasukan Uni.
Investigasi selanjutnya mengungkap bahwa pembunuhan Lincoln merupakan bagian dari konspirasi yang lebih luas, yang juga menargetkan Wakil Presiden Andrew Johnson dan Menteri Luar Negeri William H. Seward.